Aku kuat, karena kamu.
- Dina
- Happy Reading-
"Al,"
"Hm?" Al menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya, lalu menghampirinya. Matanya berbinar kala melihat perempuan yang duduk di hadapannya. Al membungkukkan badannya, lalu mencubit pipi perempuan itu.
"Ih, Al! Sakit tau!"
"Abisnya, gue heran sama lo."
"Kenapa?"
"Kenapa sih lo bisa cantik banget?"
Gadis yang kini tengah terbalut dress hitam itu memalingkan wajahnya memberikan ekspresi seperti ingin muntah.
"Lah jangan muntah, udah rapih."
Gadis itu tertawa, "Lagian lo alay banget, muak gue."
"Udah bagus-bagus dipuji, bukannya makasih malah ngatain alay. Magadir."
"Heh, lo yang magadir. Gue udah jauh-jauh kesini nyamperin lo, emangnya lo bilang makasih ke gue? Ngga, kan? Halah."
Pernyataan yang baru saja diucapkan gadis itu membuat Al mendelik.
"Iya deh ibuk negara, makasih ya." Ucapnya dengan ekspresi wajah biasa.
"Ngga diterima, lo ngga ikhlas."
Al melotot, gadis ini benar-benar membuatnya gemas, kalau saja dia tidak menyukainya, sudah pasti ia akan menjadi-jadi membalasnya.
"Okay, nih ya ikhlas lho, liat nih. Ekhem," Al merapikan jas yang dipakainya lalu berdiri tegak, merapikan rambut lalu tersenyum.
"Makasih ya, sayangku, cintaku, hidup dan matiku, udah repot-repot nyusul kesini sampe kaki kamu patah gini. Duh sayang banget deh,"
Al mencubit pipinya kembali, "Emm, gemes! Makasih ya, Din. Ak—"
Belum selesai Al berbicara, namun sudah ditahan oleh Dina. Ia sudah tidak bisa terus mendengar gombalan tidak jelas dari laki-laki di hadapannya.
"Et, udah udah! Oke-oke udahan makasihnya, sama-sama. Udah ya,"
"Tapi belum selesai,"
"Eh ngga usah, udah kok udah. Iya sama-sama, udah ya, udah."
Al tertawa sangat puas. Senjata makan tuan, mana bisa Dina menang darinya, dia ditindas, balik tindas.
"Puas lo ketawa, garing tawa lo."
"Gapapa, gue puas liat lo kalah."
Baru saja Dina ingin membalasnya, tapi seseorang yang muncul menahannya untuk tidak marah.
"Heh, kalian kok malah bercanda. Ayo udah selesai belum? Langsung berangkat aja, nanti kesiangan."
"Ini nih, Bun. Al iseng banget, ngeledek aku." Adu Dina pada Bunda Al. Al yang tidak setuju langsung membela diri.
"Lho, dia duluan, Bun. Sumpah deh, asli. Kan Bunda tau Dina tukang bohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Satu Kelas [Completed]
Teen FictionJatuh cinta. Dua kata penuh makna itu sering kali terjadi di masa remaja. Itulah yang dirasakan Dina dan Al, namun mereka berdua terjebak dalam cinta yang rumit. Perasaan yang sama-sama dipendam karena gengsi, dan salah paham malah membuat keduanya...