Kita hampir sempurna, tapi kamu malah mendua.
- Cinta Satu Kelas
-Happy Reading-
Dina mengecek ponselnya saat mendapat notifikasi pesan dari seseorang. Nomor tak dikenal, siapa ini? Dina melebarkan matanya saat membaca pesan yang dikirimkannya.
Nomor tak dikenal itu mengirimkan sebuah gambar yang menunjukkan Al dan seorang perempuan sedang bermesraan di depan toilet wanita. Tangan Al yang menggenggam erat tangan gadis yang sedang bersama Al membuat hati Dina terkikis, rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dina merasakannya lagi, merasakan yang patah hati untuk kesekian kalinya.
Namun Dina tidak ingin mudah percaya hanya dengan melihat gambar. Ini bisa saja editan, jadi belum tentu ini benar. Dina mulai mengetikkan sesuatu dilayar ponselnya.
Dina Astria : Sokap ya? Tiba-tiba ngechat.
Dina tersenyum geli sendiri. Bahkan saat ia sedang sakit ditambah patah hati dirinya masih bisa bergurau tidak jelas. Padahal Dina sendiri mengerti jika pengirim gambar ini ingin memisahkan Al dari dirinya. Tak lama balasan pesan pun masuk lagi.
From : +628216349****
Nggak usah sok polos lo! Sakit kan ngeliat cowok lo direbut orang? Makanya jangan ngerebut cowok orang juga!
Dina mengerutkan keningnya bingung. Dia? Merebut cowok orang? Siapa? Memangnya pernah? Sepengetahuannya Dina hanya dekat dengan Al saja, tidak ada yang lain. Mungkinkah Al punya pacar lain selain dirinya? Dina tidak percaya itu.
Dina mematikan ponselnya lalu menaruhnya di atas nakas menghiraukan pesan tidak jelas tadi. Menurutnya itu sangatlah tidak penting, kenapa orang itu senang sekali membuang-buang pulsanya hanya untuk meneror orang?
Dina terkekeh sendiri, jika saja posisinya seperti peneror tadi, Dina malah akan memilih menggunakan pulsanya untuk berinternet dari pada meneror orang secara cuma-cuma. Sial, kenapa tadi Dina tidak berfikiran untuk meminta pulsa pada peneror itu? Sayang bukan jika pulsanya harus dibuang untuk meneror dirinya? Lebih baik peneror itu mentransfer pulsanya ke nomor telepon Dina, lebih bermanfaat.
Dengan pikiran jahil Dina mengambil ponselnya lagi lalu mulai mengetik lagi untuk dikirim ke nomor peneror tadi.
Dina Astria : Mbak, dari pada pulsanya dibuang buat neror orang, mending transfer ke gue aja pulsanya. Lumayan buat kuota internet hehe, terima kasih. Ditunggu ya transferannya.
Dina kembali tertawa, rasanya demamnya tadi pagi dan rasa sakit hatinya tadi sudah terlupakan karena lelucon absurd yang dia buat sendiri. Bahagia sesederhana ini ternyata.
Sedang ditempat lain, si peneror bersama satu temannya mendengus kesal. Kenapa targetnya kali ini sangatlah susah di buat percaya? Harus ia apakan lagi agar Dina percaya bahwa Al telah bermain di belakangnya?
"Gila nih cewek, bukannya takut malah minta pulsa. Dikira gue konter pulsa apa," Ketus teman si peneror itu.
"Ca, gue punya rencana baru. Kita jalanin rencananya pulang sekolah,"
• C S K •
"Din, maafin gue." Lirih Al seraya mengelus puncak kepala Dina. Dina yang mulai menyadari adanya kehadiran seseorang disisinya langsung mengerjapkan matanya. Dina mencoba menetralkan penglihatannya yang masih buram akibat terlalu banyak tidur dari siang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Satu Kelas [Completed]
Teen FictionJatuh cinta. Dua kata penuh makna itu sering kali terjadi di masa remaja. Itulah yang dirasakan Dina dan Al, namun mereka berdua terjebak dalam cinta yang rumit. Perasaan yang sama-sama dipendam karena gengsi, dan salah paham malah membuat keduanya...
![Cinta Satu Kelas [Completed]](https://img.wattpad.com/cover/176041370-64-k952345.jpg)