-Warn; Drama-
Kim Namjoon. Namja berperawakan ideal ini, tengah berkutik dengan setumpuk dokumen yang memenuhi meja dan bahkan ada beberapa yang terlihat berserakan di lantai ruang kerjanya.
Dia menatap berulang kali pada jam tangan mewah yang bertengger di lengan kirinya.
Sudah lewat dari jam 1.
Namjoon juga terdengar membuang nafasnya berulang kali, sambil mengusap gusar wajah lelahnya lalu kembali memasang kacamatanya dan melanjutkan kegiatannya.
Malam ini dia disuguhkan dengan banyaknya dokumen penting dari salah satu perusaha'an properti di Bangkok, tempat dia menanam saham untuk di tanda tangani.
Baru saja dia pergi melepas penat bersama sang anak dan teman - temannya, kini Namjoon harus kembali berurusan dengan banyak kertas yang di penuhi tulisan - tulisan kecil, yang sukses membuat kepalanya berdenyut sakit.
Kali ini tidak ada waktu istirahat untuknya, karena dia harus menyelesaikan semua ini dan setelahnya akan menepati janji nya untuk membawa sang anak, pergi ke kebun binatang.
"Harus. Jangan buat kecewa anak mu Kim Namjoon" dia berujar pada diri sendiri dengan lengan yang sibuk membolak - balikkan setumpuk kertas di hadapannya.
Memang hanya tumpukan - tumpukan kertas yang Namjoon kerjakan. Tapi ini, tidak semudah yang dibayangkan orang-orang awam, yang kadang menganggap menjadi seorang pemimpin bahkan pemilik perusaha'an besar seperti Namjoon, memiliki pekerja'an yang sangat santai.
Menjadi seorang pemimpin tidak selalu membuat pekerja'annya terlihat mudah karena banyaknya memiliki pegawai dan memiliki wewenang tinggi atas pegawainya.
Jujur, Namjoon bukan tipe C.E.O workaholic yang dengan tidak berperikemanusian memanfa'atkan kekuasa'annya untuk memperbudak atau menginjak - injak pegawainya. Dia lebih mementingkan kerjasama tim dan kemandirian masing-masing pegawainya dibandingkan harus membanggakan besarnya kekuasa'an yang dirinya miliki.
Tidak salah perusaha'an yang Namjoon pimpin berkembang pesat secepat ini dan menjadi salah satu tempat yang di idam - idamkan para pegawai sebagai dunia kerja yang di impikan.
Namun, Namjoon pribadi, kadang merasa kewalahan untuk melakukan pekerja'annya sendirian.
Terlebih, menandatangani bahkan mengoreksi ulang hasil peningkatan saham seperti ini. Kadang dia harus menghitung kembali jika ada satu angka yang salah atau tafsiran angka yang tidak sesuai pada jurnal harian yang masuk dalam emailnya.
Demi tuhan, itu hal yang sangat melelahkan. Namun harus tetap dia lakukan.
Pintu kaca diruangannya diketuk pelan. Namjoon masih dalam posisinya, tidak beralih dari lembaran kertas di atas mejanya, dan masih fokus mencoret beberapa data statistik yang tidak sesuai.
"Sillyehamnida sajangnim.." seorang yeoja dengan kemeja rapi dan rok span senada dengan sepatu hak nya, memasuki ruangan bersama beberapa lembar dokumen baru.
"Iya, ada apa Ny. Bong?" netra Namjoon masih terfokus pada lembaran dokumen di hadapannya, dia hafal betul dengan suara asisten pribadinya yang sudah mengabdi bersamanya kurang lebih 3 tahun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 7 Daddys •BTS•
Fanfiction#Wattys18 to #Wattys19 🔛 #Wattys2020 (✖S L O W - U P D A T E✖) Apa jadinya ke 7 pria tampan yang masih muda ini tiba - tiba memiliki satu orang anak yang diurus bersama? Apakah Bangtan akan mengakatakan yang sebenarnya, jika sang anak sudah tumbuh...