Seoul, 14, Juli, 2019
"Akhirnyaaaaaaaa...." pekik lega namja muda berperawakan tinggi, berambut cokelat dengan poni yang menutupi sebagian dahi. Dia begitu, sambil merentangkan kedua lengannya sa'at keluar dari dalam mobil.
Namja ini, baru saja menginjakkan kakinya di halaman luas di sebuah mansion mewah yang berdiri kokoh di depan sana.
Maklum, dia baru saja melakukan perjalanan cukup panjang seharian penuh ini. Apalagi selama perjalanan, telinganya cukup banyak mendapat asupan yang sangat - sangat tidak bermutu-tidak penting malahan- dan sekarang telinganya masih dipenuhi dengan suara - suara menyebalkan itu.
"Tolong tidak usah berteriak seperti itu" namja dewasa yang memang membawa mobil yang ditumpangi oleh namja yang memekik tadi, juga ikut turun dan melangkahkan kakinya untuk berjalan mendekat pada namja muda itu, lalu melipat kedua lengannya kedada dengan tubuh yang di sandarkan ke mobil. Setelah sedari tadi dirinya harus membuang nafas berkali - kali karena menghadapi orang ini.
"Aku bukannya berteriak! Aku hanya lega!" balasnya sambil memandang sebentar pada orang yang berdiri disampingnya itu lalu membuang pandang ke arah mansion mewah.
Namja dewasa itu menaikkan satu alisnya sambil menatap bingung pada namja muda disampingnya ini, lalu mengangguk setelahnya, karena mendengar ucapan yang dilontarkan lagi namja itu.
"Habisnya.. Selama perjalanan, aku hanya mendengar kau mengomel ini dan itu. Jadinya aku senang sudah sampai dan terbebas dari semua suara yang memekikkan telinga" cebiknya lucu, dan dengan tidak etisnya namja dewasa yang tadinya hanya mengangguk - angguk tenang, jadi beralih untuk menendang kaki si pemilik yang terdengar seperti sedang curhat itu-atau lebih tepatnya sedang protes akan perlakuannya tadi-
"Karena itu memang harus!" jawabnya setelah mengembalikan posisinya lalu beralih untuk melihat kesekeliling, dia kembali menatap namja muda tadi dari ekor matanya "Bagaimana eoh? Bagus kan?"
Namja muda itu mengangguk "Hum! Sangat keren! Luar biasa! Dan sangat bagus sekali aku tidak pernah tau itu!" dia kembali memalingkan cepat wajahnya menatap tajam pada namja yang lebih dewasa darinya itu, lalu merengut sebal.
"Ah! Hyung! Kenapa kau baru mengajak ku tinggal disini?!" cerutunya lagi pada namja dewasa yang dipanggilnya hyung itu, "Kenapa tidak dari dulu saja?!" dia menghentakkan kaki sebal, dan bertambah sebal saja sa'at melihat tampang namja yang di sampingnya itu hanya memasang wajah datar sambil memutar bola matanya malas. Ingatkan dirinya agar tidak mencolok mata besar hyungnya itu dengan kunci mobil!
Namja dewasa itu berdecih lalu beralih membawa lengan kanannya untuk di selipkan di kantung celana, lama - lama sebal juga mendengar ocehan kekanakan dari namja disampingnya ini.
"Bukannya kau sendiri, yang bilang tidak mau ikut tinggal dengan ku disini, karena tidak bisa jauh dari eomma?"
Oke, namja muda disampingnya ini mendengus memandangi wajah hyung nya itu sebal. Beberapa detik anak itu mengerjapkan mata dengan masih memasang wajah yang sebenarnya aku juga bingung bagaimana mejelaskannya. Cemberut dan kesal. Mungkin perpaduan seperti itu yang cocok dipadu-padankan pada wajahnya sekarang ini.
Namja muda itu akan selalu kalah jika harus berdebat dengan hyung tertuanya yang satu ini.
"Oke. Oke. Jin hyung benar. Tapi kenapa tidak pernah bilang kalau mansion tempat hyung tinggal sangat besar dan mewah seperti ini?!" dia menatap tajam pada namja dewasa yang ternyata adalah Kim Seokjin. Appa tertua dari ketujuh appa yang dimiliki Kim Yora.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 7 Daddys •BTS•
Fanfiction#Wattys18 to #Wattys19 🔛 #Wattys2020 (✖S L O W - U P D A T E✖) Apa jadinya ke 7 pria tampan yang masih muda ini tiba - tiba memiliki satu orang anak yang diurus bersama? Apakah Bangtan akan mengakatakan yang sebenarnya, jika sang anak sudah tumbuh...