Manik hazel yang sama, kini saling menangkap tatap satu sama lain. Yeoja berusia 33 tahun itu, menatap sendu pada Yora yang berada dalam gendongan Taehyung, dan kini telah masuk ke dalam gedung perusahaan.Dirinya, mengenal betul siapa pemilik dari perusahaan yang kini berdiri kokoh, dan sangat maju itu. Bahkan, dirinya juga mengenal siapa si kecil Yora yang menjadi anak dari 7 namja mapan yang belum menikah itu.
Disisi lain, Kang Haneul, yeoja yang semenjak beberapa menit yang lalu diam memperhatikan Yora dan Taehyung, mencoba kembali menarik senyum dibibir ranumnya, walau pun wajahnya masih begitu terlihat sendu. Yeoja berparas cantik itu pun, lalu beralih untuk beranjak pergi dari sana.
Niatnya tadi memang ingin menemui anak itu, namun sa'at melihat Yora datang bersama Taehyung, dirinya mengurungkan niatnya, dan lebih memilih untuk memperhatikan dari kejauhan saja bagaimana bahagianya si kecil Yora.
Langkah kaki jenjangnya, membawa dirinya untuk pergi ke sebuah apartemen sederhana yang terletak di pemukiman padat penduduk di tengah kota Seoul.
Setelah bus yang di naikinya berhenti tepat pada halte dimana alamat sang adik berada, ada memakan beberapa menit dirinya menelusuri jalan setapak, menaiki jalan yang menanjak dan masuk agak dalam ke gang sempit, dan akhirnya Haneul berada tepat di depan apartemen kecil milik adiknya.
Dirinya memang berniat ingin kemari, sebelum datang untuk menemui Yora pagi tadi.
Dan ini adalah kesehariannya, jika sedang tidak sibuk kerja paruh waktu.
"Younha-ya" Haneul berucap setelah menekan pin kunci sandi pada pintu. Lengannya reflek mendorong pintu cokelat itu perlahan, dan menatap kesekeliling.
Hening, tidak ada tanda - tanda jika adiknya melakukan aktivitas diruang tengah minimalis, siang ini.
"Eonnie, dat-" Haneul terdiam, kala menatap sosok yang tengah terbaring di atas singlebed, terlihat tidur dengan nafas yang berhembus teratur.
Manik hazel nya terlihat berkaca, dan bibir ranumnya yang semula tersenyum, perlahan menurun.
Sebenarnya, ini adalah pemandangan yang dilihatnya setiap kali mengunjungi sang adik. Tapi entah kenapa, rasanya masih sangat tidak masuk akal sa'at menyadari jika yang sedang terbaring lemah di hadapannya, adalah adik kandungnya sendiri.
Haneul benar - benar kecewa pada dirinya sendiri. Apalagi melihat keada'an adiknya yang begitu memprihatinkan karena kejadian mengerikan 2 tahun silam.
"O, eonni?" Younha terlihat mengusap sebelah matanya kala menatap sang kakak yang tengah melamun diambang pintu, dengan coat cream yang tersampir dilengan.
Haneul yang tersadar, lalu menarik senyum manisnya pada sang adik, tanpa memperlihatkan kesedihan pada kedua netranya sama sekali, dirinya berbalik untuk sekedar menggantung coat nya.
"Aku membangunkan mu ya?" Haneul mendekati kasur Younha, merapikan selimut putih milik adiknya yang sedikit menyentuh lantai.
Younha menggeleng, dirinya mencoba untuk bangun dan mendudukkan dirinya agar dapat bersandar pada punggung kasur.
Wajah cantik yang tertutup polesan pucat khas orang sakitnya terlihat merengut, Younha mengulum bibir pecahnya kala berhasil mendudukkan dirinya.
Haneul cepat membantu "Apa rasa sakitnya masih terasa?" dirinya meletakkan bantal pada bagian punggung hingga pinggul Younha agar duduknya lebih terasa nyaman, terlihat adiknya itu menggangguk pelan.
"Lumayan, rasanya tidak sesakit seperti sa'at aku melakukan kemoterapi awal" Younha masih menyempatkan dirinya untuk tersenyum manis pada Haneul.
Haenul yang melihat itu, ikut menarik senyumnya. Syukurlah, keada'an adiknya lebih membaik dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 7 Daddys •BTS•
Fanfiction#Wattys18 to #Wattys19 🔛 #Wattys2020 (✖S L O W - U P D A T E✖) Apa jadinya ke 7 pria tampan yang masih muda ini tiba - tiba memiliki satu orang anak yang diurus bersama? Apakah Bangtan akan mengakatakan yang sebenarnya, jika sang anak sudah tumbuh...