Vol.2 - Chapter 9 Hadiah

144 10 0
                                    

Aku melemparkan jubahku pada Filo, dan kami pergi ke toko senjata.

"Ah, si Bocah Pahlawan!"

Si pemilik toko melambaikan tangannya saat aku datang, seolah dia memang sudah menunggu kami mampir.

"Apa kau menemukan sesuatu?"

"Yup. Tunggu sebentar."

Dia berjalan kearah pintu dan memasang tanda tutup sebelum mengajak kami keluar. Dia memandu kami dijalan ke toko sihir yang kami kunjungi beberapa hari yang lalu.

"Walah, walah."

Saat pemilik toko senjata menjulurkan kepalanya kedalam, wanita di toko senjata nggak bisa menahan senyum, dan dia berjalan ke pintu untuk menemui dia.

"Ada apa ini kalian datang ke tokoku rame-rame begini?"

"Filo, jangan ingat jadi burung tanpa seijinku, ngerti?"

"Baik...."

Kami pergi ke ruangan belakang, yang mana sepertinya seseorang tinggal disini. Ada ruang kerja yang besar.

Sepertinya disinilah dia membuat ramuan sihir.

Langit-langitnya tingginya sekitar tiga meter. Ada lingkaran sihir dilangaut, dan beberapa kristal ditempatkan secara hati-hati di tengah ruangan.

"Maaf disini berantakan, soalnya aku sedang di pertengahan mengerjakan sesuatu."

"Nggak masalah. Tapi apa kau menjual pakaian untuk cewek ini?"

"Pagi ini aku bertanya pada orang-orang, dan kudengar bahwa nyonya di toko sihir ini tau sesuatu."

"Oh ya, memang."

Wanita itu mengambil kristal-kristal dari tempatnya di meja, dan di tempat kristal-kristal itu terdapat sebuah mesin besar yang tampak seperti sebuah mesin jahit antik.

Apa itu sebuah jarum, seperti benda yang ditusukkan pada jari Sleeping Beauty?

"Apa gadis kecil itu benar-benar seekor monster?"

"Ya. Jadi saat dia berubah kembali ke wujud aslinya, pakaiannya robek. Filo, berubahlah."

Kurasa aman bagi dia untuk berubah disini.

"Baik."

Dia mengangguk, melepas jubahnya, dan berubah menjadi seekor Filolial.

"Ah ya, sekarang aku paham. Ini adalah Filolial kecil yang bersamamu saat terakhir kali kita bicara, kan?"

Nyonya toko sihir menatap Filo, sebagai seekor Filolial Queen, dan bertanya dengan nada terkejut.

"Apa ini bisa?"

Suara Filo masih tetap sama seperti saat dia dalam wujud gadis kecil, jadi itu terdengar sangat aneh suara itu keluar dari tubuh Filolial raksasanya. Kurasa itu adalah kiasan fantasi yang bisa diterima bahwa kau bisa berbicara dengan binatang kayak gini.

Aku menoleh pada Raphtalia.

"Ada apa?"

"Nggak ada."

Itu mengingatkan aku, Raphtalia adalah seorang demi-human. Saat aku masih optimis tentang dunia ini, itu begitu menggembirakan memiliki dia sebagai rekanku. Kalau dipikir seperti itu, aku bisa paham tanggapan Motoyasu saat melihat dia ketika kami berduel.

Tentu saja, semua itu adalah masa lalu bagiku.

"Jadi apa aku harus membuat pakaian untuk dia?"

"Kau bisa membuatkan pakaian? Pakaian yang nggak akan robek saat dia berubah wujud?"

Tate no Yuusha no NariagariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang