"Tuan Naofumi, tidakkah menurutmu kami harus berbicara dengan dia?"
"Mudah mengatakannya, tapi coba pikirkan tentang itu. Dia adalah putrinya si Sampah, dan adiknya si wanita jalang itu! Aku nggak bisa membayangkan dia sebagai seorang yang waras."
"Memang benar sih. Tapi dia pernah membantu kita. Dan sebelum itu, dia adalah rekan perjalanan kita meskipun cuma sebentar."
Hmm... Raphtalia benar. Dia pernah membantu kami, saat Motoyasu menggila di kota.
Tapi tetap saja, itu mungkin strategi untuk mencuri Filo dari kami. Kalau kami membiarkan dia terus bicara, dia mungkin akan merebut Filo. Filo sudah sangat lengket dengan dia.
"Baik. Kalau mereka menyusul kita, aku akan mendengarkan dia."
"Itu ide yang bagus. Gimanapun juga dia adalah temannya Filo."
"Mel itu orang baik!"
"Dia cuma pura-pura baik. Pokoknya, fokus pada tugas yang dikerjakan."
"Kita akan menjual barang-barang disepanjang perjalanan, kan?"
"Ya. Maksudku, kita harus memperhatikan perjalanan dan semua equipment kita, belum lagi nafsu makan Filo."
Filo akan membantu kami keluar dari sini, tapi kami harus terus membuat dia kenyang kalau kami ingin terus bergerak cepat, dan itu akan menghabiskan biaya yang banyak. Aku akan membiarkan dia memakan monster yang kebetulan kami temui, tapi itu nggak akan cukup untuk mencakup pola makannya. Aku nggak tau kemana perginya semua uang, tapi aku tau kalau kami harus memperbanyak uang saat kami punya kesempatan. Kami bisa saja membuat toko di desa-desa dan kota-kota yang kami singgahi dalam perjalanan.
"Huh?"
Di sudut kereta ada sebuah tas yang belum pernah kulihat sebelumnya.
Penasaran apa itu, aku membuka tas itu dan menemukan secarik surat bercampur dengan semua item yang ada didalamnya.
Untuk Bocah,Aku terlalu malu untuk memberikan ini padamu secara langsung. Aku membuat beberapa macam alat untukmu yang kupikir mungkin akan berguna. Gunakan kalau kau suka.
Pak tua pemilik toko senjata! Dia sangat baik dan begitu penuh pertimbangan.
Aku mengambil item paling atas.
Itu adalah sebuah pedang panjang. Pedang yang sama yang digunakan Raphtalia, pedang yang sudah patah.
Pak tua itu pasti telah memperhatikan kami dengan cermat. Dia sangat teliti. Aku betul-betul tersentuh. Kupikir aku mungkin menangis.
"Raphtalia."
"Ya?"
"Pak tua itu memberimu hadiah."
"Tapi ini sangat mahal. Aku nggak tau harus berkata apa."
Raphtalia menerima pedang itu, matanya penuh dengan air mata. Pak tua itu nampaknya betul-betul peduli pada kami.
"Apa lagi yang ada didalamnya?"
Tas itu dipenuhi dengan berbagai item, dan semua item itu diberi tanda nama-nama kami.
Suratnya juga termasuk deskripsi singkat dari item-item itu. Dia pasti buru-buru menulisnya karena tulisan tangannya cepat dan tergesa-gesa.
Jadi yang pertama adalah untukku. Itu adalah sebuah item untuk permata di perisaiku. Itu diletakkan diatas permata seperti semacam penutup.
Menurut catatan dari dia, itu akan membantuku melihat informasi tentang perisainya.
Yah, perisai ini adalah seluruh alasan aku nggak betul-betul bisa bertarung sendirian. Apapun yang dia lakukan untuk membuatnya lebih mudah untuk dipahami sangatlah bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tate no Yuusha no Nariagari
AventuraIwatani Naofumi dipanggil ke Dunia-Paralel bersama dengan 3 orang lainnya untuk menjadi Pahlawan dunia itu. Setiap Pahlawan memiliki senjata legendaris masing-masing ketika dipanggil. Naofumi kebetulan mendapatkan Perisai Legendaris sebagai senjata...