Vol.3 - Chapter 21 Epilog

126 9 0
                                    

Kami melanjutkan perjalanan kami ke barat daya.

Kami nggak punya kereta, jadi kami semua harus menunggangi Filo.

"Haruskah kita mencuri sebuah kereta disuatu tempat?"

Kami sudah dikejar para pemburu hadiah. Gak masalah kan kalau cuma nambah kasus satu kereta kecil?

"TIDAK!"

Filo berteriak gak setuju.

"Kalau kita mencuri sebuah kereta, aku gak mau menariknya!"

Kurasa Filo punya rasa keadilan yang cukup tinggi.

"Yah, aku nggak mau mencuri kereta juga sih, tapi menunggangimu sepanjang waktu sangat melelahkan."

"Gimana menurutmu, Putri?"

"Hmm....."

Sang putri terlihat kebingungan oleh pertanyaanku.

Apa yang menggangu dia?

"Itu mungkin agak berbahaya, tapi mungkin lebih baik menyuruh Raphtalia pergi ke desa terdekat untuk membeli kereta."

Itu mungkin ide yang bagus. Atau haruskah kami meminta bantuan Shadow?

"Hari sudah senja. Haruskah kita berhenti untuk beristirahat?"

"Ya! Oh..."

Aku setuju dengan ide dia, tapi sang putri masih menatapku sambil merengut. Ada apa dengan dia?

Perut Filo bergemuruh keras.

"Aku laper!"

"Makanmu banyak sekali, Filo!"

Mel menusuk Filo dengan jari telunjuknya.

"Heh, heh."

Aku senang mereka berteman, tapi mereka mulai bertindak seperti pasangan yang bego. Itu menjengkelkan.

Aku selesai membuat api unggun dan melanjutkan membuat makan malam.

"Silahkan, Putri."

Aku selesai membuat makan malam dan mengulurkan piring pada putri—tapi dia masih merengut padaku.

Ada apa dengan dia?

"Mel, bukankah kau juga mau makan?"

"Ya, tapi..."

Dia melirik padaku lalu memalingkan tatapannya. Dia kuatir tentang sesuatu.

Tapi apa?

"Ada apa?"

"Bukan apa-apa."

Saat Raphtalia menanyai dia, dia mengulurkan tangan dan merampas piring yang kutawarkan.

"Ada apa denganmu, Mel?"

"Um...."

Mel bertindak cukup aneh sampai-sampai Filo jadi kuatir sekarang.

"Kau tau aku nggak punya kekuatan pencuci otak, kan?"

"Aku tau itu!"

Dia segera berpaling.

Meskipun sejujurnya dia nggak bersikap begitu aneh—semua hal perlu dipertimbangkan. Dia bermain dengan Filo, dan tersenyum serta berbicara dengan Raphtalia.

Dia cuma bersikap jengkel padaku. Dia mengabaikan aku.

Aku nggak tau apa masalahnya.

"Jangan katakan itu."

"Huh? Apa itu, Putri?"

Dia gemetar, dan dia menggumamkan sesuatu.

"Apa yang kukatakan?"

Tate no Yuusha no NariagariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang