Vol.3 - Prolog

199 12 0
                                    

"Ini akan merepotkan. Kita harus menyelesaikannya."

Segalanya terjadi karena permintaan sederhana dari penduduk desa.

Mereka ingin kami melakukan sesuatu pada para monster di sekitar kota.

Bangkai Dragon Zombie yang membusuk telah menimbulkan polusi yang parah pada pegunungan. Setelah kami menyelesaikan masalah itu, para monster yang tinggal di pegunungan berpolusi menargetkan desa.

Pemikiran bahwa setelah para monster menyadari bahwa desa itu adalah sebuah tempat yang berbahaya bagi mereka, mereka akan menjauh. Jadi desa itu menyewa kami sebagai penjaga sementara untuk membuat para monster menyadari ancaman dari kota itu.

Sejujurnya, aku mau menolak pekerjaan itu, tapi mereka sudah berbuat banyak untuk kami yang mana ujung-ujungnya aku menerima pekerjaan itu atas dasar kewajiban. Mempertimbangkan semua hal yang mereka lakukan untuk menyembuhkan penyakit Raphtalia, kami nggak bisa membiarkan mereka begitu saja-jadi kami kembali ke pegunungan.

"Oh yah, ayo selesaikan ini."

Namaku Naofumi Iwatani, dan aku seorang mahasiswa berusia 20 tahun dari Jepang.

Aku juga sedikit Otaku.

Aku sedang di perpustakaan membaca sebuah buku tua berjudul The Records of the Four Holy Weaponssaat tiba-tiba aku nggak sadar diri. Saat aku terbangun, aku mendapati diriku berada di dunia yang sama persis dengan yang digambarkan buku iyu, dan aku diberi tugas sebagai Pahlawan Perisai.

Mereka memanggilku ke dunia mereka karena mereka berada dalam ancaman dari suatu bencana yang disebut gelombang kehancuran. Gelombang-gelombang ini terdiri dari retakan yang menghubungkan antar dimensi, yang mana dari retakan itu muncullah kawanan besar monster. Sepertinya, mereka membutuhkan bantuan dari Empat Pahlawan Legendaris untuk mengatasi gelombang kehancuran itu.

Aku dipaksa memikul beban peran dari Pahlawan Perisai, dan aku nggak punya pilihan selain menghadapi gelombang itu saat gelombang tersebut muncul.

Awalnya itu seperti sebuah mimpi- terlalu bagus untuk jadi kenyataan. Tapi ternyata perisai yang dipaksakan untuk ku bawa memiliki sifat-sifat lain juga, beberapa diantaranya sangat menjengkelkan. Aku betul-betul nggak bisa memberi damage pada monster.

Aku mengerahkan segala kekuatanku pada seranganku, tapi monsternya cuma tergores saja, seolah aku ini nggak lebih dari seekor serangga yang mengganggu. Aku segera memahami bahwa aku sama sekali nggak bisa menyerang.

Akan tetapi, aku bisa menutupinya dengan tingkat pertahananku, yang mana sangat tinggi. Kau bisa bilang bahwa yang bisa kulakukan cuma bertahan.

Ujung-ujungnya, aku bisa mendapatkan sebuah party, dan kami mulai berpetualang di dunia. Disepanjang petualangan kami melalui banyak pertempuran-lalu, saat ini kami di pertengahan petualangan.

"....!?"

Seekor capung besar terbang kearahku, mengacungkan sengatnya.

Tapi capung itu terpental dari perisaiku seraya menghasilkan suara dentuman tumpul.

Perisai itu bisa menyerap berbagai monster dan material, yang mana membuatnya membuka bentuk perisai dan kemampuan baru. Kau bisa bilang bahwa perisai itu naik level bersamaku. Begitulah caranya aku mempelajari kemampuan-kemampuan baru.

Ada banyak kesulitan yang menyertainya, tapi perisai itu juga menyediakan bantuan besar.

Perisai itu membantuku meracik obat-obat yang sulit, dan meningkatkan kualitas masakanku-jadi kurasa cukup berguna dalam beberapa hal.

Adapun untuk perisainya, terkadang aku benar-benar ingin melepasnya, tapi perisai itu di kutuk atau semacamnya, dan aku sama sekali nggak bisa melepasnya. Perisai itu selalu menempel di tanganku. Jadi aku harus mengandalkan para anggota party. Aku menyerahkan penyerangan pada mereka.

Tate no Yuusha no NariagariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang