Vol.2 - Prolog

204 13 0
                                    

Aku bangun di gudang istana. Tempat itu apek. Aku betul-betul benci berada didalam sana, tapi aku merasa beristirahat cukup baik.

Snoring...

Aku bisa mendengar ritme dengkuran berasal dari tumpukan jerami yang ada disebelahku. Seorang cewek muda bernama Raphtalia sedang tertidur disana.

Mari luangkan waktu sejenak untuk meninjau kembali apa yang terjadi.

Namaku Naofumi Iwatani. Aku seorang mahasiwa di kampus.
Aku lahir di Jepang, sama seperti yang lainnya. Sejujurnya, aku sedikit Otaku.

Aku berada di perpustakaan, sedang membaca sebuah buku berjudul The Records of the Four Holy Weaponketika, karena suatu alasan, aku mendapati diriku dikirim ke dunia fantasi yang dibicarakan. Aku dipanggil untuk memainkan peran dari Pahlawan Perisai.

Dunia ini menderita karena ancaman "gelombang kehancuran", yang mana kawanan monster dan bencana mengerikan keluar dari dimensi lain melalui retakan di langit. Keempat pahlawan dipanggil untuk melindungi dunia dari mara bahaya. Aku memiliki sebuah perisai di tanganku yang mana nggak bisa kulepaskan, mungkinkah itu berada dibawah suatu kutukan? Aku mendapati diriku nggak punya kekuatan serangan sama sekali. Yang bisa kulakukan cuma bertahan.

Tapi aku punya beberapa pengalaman dengan MMORPG online, jadi aku berfokus pada bertahan, dan merekrut seseorang untuk menyerang menggantikan aku.

Kami pergi melakukan petualangan, dan aku sangat bersemangat. Tapi aku jatuh kedalam sebuah jebakan kotor. Seseorang menuduhku atas sebuah kejahatan yang nggak kulakukan, dan aku mendapati diriku difitnah. Jadi nggak seorangpun yang mempercayai aku sejak saat itu. Aku nggak bisa mendapatkan satupun teman atau seseorang yang mau membantuku, dan mereka mengusirku dari istana tanpa sepatah kata. Aku berada dalam situasi yang betul-betul sulit.

Aku menyadari aku nggak perlu melakukan apa-apa. Kupikir aku nggak perlu bertarung melawan gelombang kehancuran. Aku salah.

Gelombang kehancuran muncul sekali setiap bulan, dan kami para pahlawan terus menerus dikirim ke tempat gelombang itu muncul.

Aku dipaksa untuk melindungi sekelompok orang yang nggak sedikitpun aku peduli. Itu sama sekali nggak adil. Aku melakukan segala yang aku bisa untuk mendapatkan uang untuk bertahan hidup, dan semua orang mencemooh aku, mereka melempari aku dengan batu.

Jadi cewek yang tidur disebelahku, Raphtalia, dia adalah seorang budak demi-human. Aku membeli dia.

Perbudakan masih ada didunia ini, dan di negeri ini, Melromarc, ada orang-orang yang memiliki atribut hewan yang disebut para demi-human. Mereka dijual dalam perbudakan sepanjang waktu.

Saat aku membeli dia, dia hanyalah seorang gadis kecil, tapi saat kami naik level, dia tumbuh dengan sangat cepat, sampai dia terlihat hanya sedikit lebih muda dari diriku sendiri. Sepertinya pertumbuhan para demi-human berbeda dengan kami. Mereka tumbuh berdasarkan pada level mereka, bukan usia mereka.

Pada awalnya, aku berpikir aku akan membuat dia bekerja keras, mengingat dia adalah seorang budak. Tapi nggak lama setelah itu si bangsat Motoyasu yang songong memaksaku bertarung. Selama pertarungan itu, Raphtalia mempercayai aku dan mengorbankan kebebasan miliknya untuk melindungi aku. Yah, masih ada hal lain juga sih, tapi pada akhirnya kami menjadi sahabat, dan kami saling mempercayai satu sama lain secara mendalam.

Sejujurnya, sebelumnya aku sama sekali nggak peduli kalau semua orang didunia ini tewas. Tapi sekarang, aku memiliki suatu perasaan seperti ingin menolong.

"Ah...."

Raphtalia bangun dan mengucek matanya.

"Selamat pagi, Tuan Naofumi...."

Tate no Yuusha no NariagariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang