Vol.1 - Chapter 23 Hal yang Ingin Kudengar

198 14 0
                                    

"Kau nggak memenangkan apapun, dasar pengecut! Seseorang ikut campur dalam duel satu lawan satu kita!"

"Apa yang kau bicarakan? Kau nggak cukup kuat untuk menahanku, dan sekarang mau kalah!"

Apa dia serius? Si bangsat ini!

Apanya yang seorang pahlawan. Untuk apa dia bicara soal budak?!

Pahlawan macam apa yang akan bangga memenangkan sebuah duel melawan seseorang yang cuma punya perisai?!

"Kroco lu yang ada disana ikut campur! Itu sebabnya aku kehilangan keseimbangan!"

"Ha! Segitu kecewanya kah sampai-sampai kau harus membuat kebohongan?!"

"Itu bukan kebohongan, bangsat!"

Dia mengabaikan aku, dan terus bersikap menang.

Tapi... Tapi cewek betul-betul curang! Dan ini.... ARGH!

"Apa itu benar?"

Kerumunan itu berpaling pada Motoyasu.

Susah untuk mengatakan apakah mereka percaya dia atau aku. Mereka menunggu dalam keheningan.

"Kenapa juga kita percaya kata-kata seorang kriminal! Pahlawan Tombak! Kaulah yang pemenangnya!"

Bangsat! Raja itu mengabaikan semua buktinya dan semua keraguan, dan menyatakan Motoyasu adalah pemenangnya.

Tepat ketika aku hampir menang, dia menatapku dengan penampilan vulgar. Begitulah! Aku harus menang. Aku harus menang!

Kayaknya kerumunan itu memiliki keraguan sendiri. Mata mereka menatap kami berdua, tapi nggak satupun dari mereka yang punya keberanian untuk mengatakannya pada raja.

Dia mungkin akan membunuh mereka kalau mereka memgatakannya.

Apa-apaan ini, suatu kediktatoran?

"Oh kau melakukannya dengan baik, Tuan Motoyasu!"

Sumber dari semua kejahatan, cewek sialan itu, tersenyum polos. Seorang penyihir istana berlari mendekat dan cuma menyembuhkan luka Motoyasu.

Mereka mengabaikan aku.

"Ya, putriku. Malty punya pilihan yang menakjubkan pada para Pahlawan."

....kata raja, dan menepukkan tangannya pada pundak Myne.

"Ap....Apa?!"

Myne adalah putrinya raja?!

"Ya, aku juga benar-benar terkekut. Nggak disangka bahwa sang putri akan menggunakan nama palsu dan menyusup ke kita!"

"Oh, ya, tapi itu sudah sewajarnya demi kedamaian kerajaan."

....Jadi begitu.

Kupikir itu aneh bahwa dia bisa mengecapku sebagai seorang kriminal tanpa satupun bukti.

Putri licik, untuk mendapatkan pahlawan yang dia inginkan, dia mengorbankan pahlawan yang paling lemah, diriku, mencuri uangku, lalu melaporkan pada ayahnya dan membuat ayahnya mengecamku. Itu adalah sebuah cara yang sempurna untuk menjebakku.

Lalu, karena Motoyasu menyelamatkan dia, dia menggunakan itu sebagai sebuah alasan untuk mendekati dia daripada yang bisa dilakukan oleh para wanita lain.

Sekarang semuanya masuk akal, itu sebabnya aku memberikan lebih banyak yang diawal.

Dia menginginkan equipment yang bagus untuk dirinya sendiri, dan kemudian dia akan menempelkan dirinya pada pahlawan terbaik.

Saat aku melihatnya, pada awalnya, Motoyasu, memiliki equipment yang lebih baik daripada yang lain, aku harusnya lebih cerdas dan menjaga jarak.

Mereka memikirkannya secara menyeluruh, dan nggak ada cara lain selain bertanya pada mereka secara langsung. Tapi mengingat seberapa jauh tindakan mereka, aku nggak punya alasan yang bagus untuk menganggap mereka nggak menutupi jejak mereka. Pada akhirnya itu adalah kata-kata nggak berguna dan hina dari Pahlawan Perisai vs kata-kata dari Pahlawan Tombak yang menyelamatkan sang putri.

Tate no Yuusha no NariagariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang