Vol.4 - Chapter 6 Kedamaian Dewa Burung

130 9 0
                                    

Satu hari terlewati seperti sebuah mimpi, dan nggak lama setelah itu, malam datang. Raphtalia, Filo dan Melty tidur di sebuah sarang besar yang dipersiapkan para Filolial untuk mereka.

Sama seperti malam kemarin, Fitoria tetap bangun untuk berbicara denganku empat mata.

"Apa yang mau dibicarakan?"

"Tentang apa yang kita bicarakan kemarin malam..."

"Sialan, kau sungguh keras kepala. Apa yang mustahil tetaplah mustahil."

Pagi tadi dia serius mencoba membunuh kami. Aku sadar bahwa berkat upaya Filo kami bisa selamat.

Tapi kenapa dia begitu kuat? Gimana caranya dia menjadi sekuat itu hingga bisa mempermainkan Filo seperti sebuah boneka? Dia cukup kuat untuk menghadapi keempat pahlawan sekaligus.

"Apa kau benar-benar... mencoba berteman dengan mereka? Apa kau mencobanya?"

Aku nggak segera menjawab. Kalau aku nggak memikirkan jawabanku, dia mungkin akan membunuhku.

Motoyasu sudah jelas memusuhiku. Aku nggak yakin apa yang dipikirkan Ren atau Itsuki.

Sejak kami kabur membawa Melty, kami belum bertemu lagi.

Gak mungkin aku tau dimana mereka berada, tapi aku ingat bahwa saat terakhir kali kami meninggalkan mereka, mereka tampaknya mulai curiga tentang apa yang dituduhkan padaku.

"Apa kau pernah mencoba membersihkan namamu?"

Dia menyadari bahwa aku nggak betul-betul melakukan sesuatu.

Terutama mengenai tuduhan pemerkosaan yang dibuat Lonte itu, aku lebih memprioritaskan kemarahanku karena aku betul-betul yakin nggak ada peluang seseorang akan mempercayai aku.

Aku memberitahu mereka bahwa aku difitnah, dan mereka gak mempercayai aku. Itu sebabnya aku nggak mempercayai mereka. Tapi kalau aku bisa menunjukkan bukti, akankah mereka mengubah pikiran mereka?

Kami nggak cukup dekat untuk duduk berbicara. Mereka tau segala sesuatu tentang dunia ini, dan mereka tau bahwa aku gak tau apa-apa-tapi mereka tetap membiarkan aku sendiri dan nggak berupaya untuk menolongku. Kenapa aku harus mendatangi mereka?

Yang mereka mau cuma bermain di dunia mereka dan bertindak kejam.

Mana bisa aku tau apa yang mereka pikirkan?

Aku memikirkannya sebelumnya. Aku mencoba membayangkan apa yang Ren pikirkan.

Dia tau bahwa semua orang panik karena aku dituduh memperkosa Lonte itu. Ren gak tau banyak soal si Lonte, tapi dia tau kalau Lonte itu cantik.

Siapa yang harus dia percayai? Pria yang dituduh atas kejahatan itu, atau wanita yang menyatakan sebagai korbannya?

Kalau aku jadi dia, dan aku nggak betul-betul tau apapun tentang masing-masing dari mereka, aku akan memihak wanita yang menyatakan sebagai korbannya.

Itu adalah hal yang serupa dengan yang kudengar saat di dunia asalku. Suatu ketika di kereta, seorang wanita memegang lengan seorang pria dan berteriak, "Pria ini menyentuhku!"

Meskipun pria itu nggak menyentuh si wanita, semua orang yang ada di kereta akan segera menatap dia dengan tatapan lain, curiga. Meski dia bisa membuktikan bahwa dia difitnah, posisi sosial pria itu akan selamanya rusak.

Apa yang Lonte itu lakukan padaku adalah hal yang serupa dengan itu.

"Haaaaa....."

Kemarahanku mulai mereda, meski cuma sedikit.

Tate no Yuusha no NariagariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang