-
Lima hari berlalu, dan kini Agatha sudah melakukan kegiatan seperti biasanya. Menurut sepengetahuannya, perempuan yang sedang datang bulan akan merasakan sakit di perutnya yang dinamakan senggugutan selama 6 bulan, dan akan merasakan pegal di badannya selama 6 bulan pula.
Jadi, ia akan merasakan senggugutan 5 bulan ini? Membayangkannya saja ia sudah pusing, harus menggelinjang sana sini di atas kasur sembari memegangi perutnya yang sakit.
Bayangkan saja, bulan kemarin ia merasakan seluruh tubuhnya seperti ingin remuk, dan ini sakit yang akan membuatnya seperti orang gila. Tapi, ya mau bagaimana lagi namanya juga sudah takdir ya harus bersyukur atas nikmat yang telah di berikan Allah.
Kini ia sedang berada di rooftop sekolah menikmati udara pagi yang sejuk. Sudah lima hari Agatha tidak sekolah dan lima hari itu pula ia tidak pergi ke rooftop ini.
Agatha duduk bersandar di sofa yang ada di atas sini sembari menyilangkan kakinya. Ia merasa ada seseorang yang baru saja datang ke sini, ia bisa menebak siapa yang datang kalau tidak Ridho ya Arga. Karena apa? Karena hanya mereka berdua yang mengetahui tempat ini.
Agatha bangkit berjalan menuju pinggir rooftop yang tanpa pembatas itu. Ia duduk menggelantungkan kakinya sembari mengayun-ayunkan kakinya secara perlahan.
"Ngapain?" ketus Agatha saat mengetahui seseorang yang ada disini selain dirinya.
"Salah gue disini, lagian tempat umum kan? Jadi nggak salah dong" balasnya santai.
Agatha merasa kesal, baru saja ia ingin menikmati udara pagi sudah ada yang mengganggunya. Agatha memutuskan pergi, namun tangannya dicekal oleh Arga.
"Lo kenapa sih, selalu ngehindarin gue?" tanya Arga.
"Urusannya sama lo apa sih? Lagian hidup juga hidup gue" ketus Agatha.
"Lo sebenernya sadar nggak sih, banyak orang yang peduli sama lo. Tapi, lo seakan jaga jarak sama mereka, lo nggak pengen orang lain itu tau kebaikan lo, nggak tau sifat baik lo, jadi ya gini mereka nganggap lo itu monster yang kalo di senggol dikit langsung nerkam orang" ucap Arga panjang lebar.
Agatha diam membisu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Arga. Ia tak tau harus menjawab apa. Agatha melepaskan cekalan tangannya dari Arga dan melangkah pergi meninggalkan Arga tanpa menjawab sedikit pun pernyataan dari Arga.
Arga hanya memandangi punggung Agatha yang semakin jauh menghilang di balik pintu. Setelah Agatha tak terlihat lagi, Arga duduk di sofa menjambak rambutnya.
"Harus dengan cara apa lagi gue bisa deketin lo. Gue nggak tau perasaan apa yang gue rasain ini, tapi makin kesini gue makin kepikiran sama lo" lirih Arga.
"Ya Allah, belum pernah aku merasakan perasaan aneh ini" sambungnya menatap langit.
Arga mengusap wajahnya, kemudian memejamkan matanya sebentar. Setelah beberapa menit, ia bangkit berjalan menuruni tangga menuju ruangan kelasnya.
Sesampainya di bawah, ia melihat koridor mulai sepi. Arga melihat arlojinya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 07.15, ia melanjutkan langkahnya menuju kelasnya karena ia yakin pasti guru mata pelajaran sudah masuk kelasnya untuk melakukan aktivitas belajar.
Dan benar saja, saat ia sudah sampai di depan kelas ia melihat seorang guru laki-laki tua sedang menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas. Arga mengetuk pintu dan masuk menghampiri guru tersebut yang bernama Pak Jodi. Pak Jodi terkenal guru killer di sekolah ini, dan dia mengajar pelajaran Matematika.
"Dari mana kamu?" tanyanya dingin.
"Toilet pak" balas Arga.
"Ngapain aja di toilet sampe 15 menit? Trus tadi juga waktu saya masuk kamu udah nggak ada di kelas, kamu mau bolos ya"
"Enggak pak, saya beneran ke toilet tadi"
"Ngelawan kamu ya kalo di kasih tau guru" ucap pak Jodi mulai emosi.
"Saya bukan ngelawan pak, saya cuma bela diri. Orang saya nggak salah"
"Lari keliling lapangan 10 kali, setelah itu hormat di tiang bendera sampai les saya selesai" ucap pak Jodi dengan emosi memuncak.
Arga langsung berjalan menuju lapangan untuk melaksanakan hukuman yang di berikan pak Jodi. Ia mulai lari lapangan, baru 3 kali putaran keringat sudah membasahi tubuhnya.
Agatha berjalan dari arah perpustakaan untuk meminjam buku, melihat Arga yang sedang berlari ia berniat untuk memberikannya minum. Agatha berjalan ke arah kantin membelikan satu botol minuman. Setelah itu, ia kembali ke lapangan.
Ia melihat seorang laki-laki berkacamata sedang berjalan ke arahnya sembari membawa beberapa buku yang ia perkirakan adik kelasnya. Agatha memanggil orang itu, "Eh lo, sini" ucapnya sedikit teriak.
Orang yang dipanggil Agatha merasa ketakutan. "Sa..saya kak?" tanyanya menunjuk dirinya.
"Iya elo yang lagi jalan, cepatan sini"
Saat orang itu sudah berada di hadapannya, ia langsung menyodorkan minuman yang dibelinya tadi ke pemuda itu.
"Lo kasih gih nih minuman sama Arga. Kasian kayaknya lagi dihukum, jangan bilang dari gue"
Setelah mengatakan itu, Agatha melanjutkan langkahnya menuju ruangan kelasnya. Pemuda itu berjalan menghampiri Arga dan menyodorkan minumannya di hadapan Arga.
…
KAMU SEDANG MEMBACA
AGATHA (END)
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) - Seorang gadis yang merasa hidupnya kurang beruntung seperti gadis pada umumnya. Merasa nasibnya sangat malang atau mungkin menyedihkan. Karena kesalahan yang pernah ia lakukan, ia mulai dijauhi dan memutuskan pergi. Dari s...