- C HA P T E R 39 -

1.7K 62 0
                                    

-

Seminggu berlalu, dan kini Agatha sedang berkutat dengan soal-soal Ujian yang ada dihadapannya. Hari pertama ujian dan ini pertama kalinya ujian tanpa Ridho.

Membaca soal dengan teliti, mengingat-ingat materi yang sudah ia pelajari tadi malam. Selalu seperti itu, begitu ujian malamnya baru belajar. Ya mau bagaimana lagi, ia sudah terbiasa melakukan itu sejak Sekolah Dasar. Belajar hanya ketika di sekolah, dan membacanya ketika ujian akan tiba.

Satu jam berlalu dan bel berbunyi menandakan pergantian mata pelajaran. Mereka mengumpulkan soal serta lembara jawaban ke depan meja guru. Setelah itu, mengambil lembaran baru untuk mata pelajaran selanjutnya.

Membaca soal, kemudian menopang dagu untuk mengingat apa yang dipelajarinya tadi malam. Setelah ingat, menuliskannya di lembar jawaban. Begitu seterusnya hingga waktu berlalu menunjukkan bahwa ujian hari ini telah selesai.

Agatha bergegas keluar ruangan setelah memberikan lembar ujian kepada pengawas. Ia ingin mengunjungi Ridho di rumah sakit. Ingin menanyakan kabar karena setelah mendengar perkataan Ridho dan memutuskan kembali berkumpul dengan keluarganya ia yak pernah lagi mengunjungi sahabatnya itu.

Ia menaiki mobil yang diberikan sang mama untuknya, katanya--hadiah karena udah mau maafin mama dan kembali ke rumah. Sebenarnya Agatha ingin menolak, namun sang mama memaksa dan akhirnya Agatha menerimanya dengan terpaksa.

Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Jalanan cukup sepi sehingga ia hanya membutuhkan waktu lima belas menit sudah sampai di rumah sakit.

Agatha membuka pintu dengan perlahan. "Hay" sapanya melambaikan tangan sembari tersenyum lebar melihat Ridho.

Ridho tersenyum menanggapi Agatha.

"Gimana ujian, lo lancarkan?" tanya Agatha duduk di kursi samping brankar Ridho.

"Alhamdulillah lancar. Ujian lo gimana?" tanya Ridho balik.

"Gue juga lancar kok. Tapi nggak seru tau nggak ada lo" cemberut Agatha.

Ridho hanya tersenyum menanggapi ucapan Agatha sembari mengacak pelan rambut Agatha.

"Ohiya, Dho. Setelah ujian nanti sekolah pasti ngadain pensi sama promnight. Lo ikut kan?" tanya Agatha antusias.

Ridho mengendikkan bahu. "Kalo gue udah baikan trus dikasih izin sama dokter ya gue ikut, kalo nggak ya mau gimana lagi?''

"Yahh, jangan gitu dong. Lo kan udah janji bakal jadi pasangan gue keacara itu nanti, gimana sih?" kesal Agatha.

"Yaa lo doain aja semoga gue cepet baikan"

"Ya pastilah. Kalo itu lo nggak perlu ngasih tau gue" balas Agatha.

"Ohiya, Dho. Masih belum ada pendonor yang cocok ya buat lo?" lanjut Agatha hati-hati.

Ridho terdiam, memandang langit-langit kamar rumah sakit.  Kemudian angkat bicara "Sejauh ini sih belum ada kabar"

"Hmmm. Lo yang sabar ya, gue yakin lo pasti sembuh kok. Lo pasti bakal dapetin pendonor yang cocok buat lo" balas Agatha menenangkan.

***

Sepulang dari rumah sakit, Agatha mendapat telpon dari orang suruhannya yang ditugaskan mencari pendonor untuk Ridho.

Dan ya, Agatha menyuruh orang itu memberi tahu pihak rumah sakit untuk segera mengoperasi Ridho secepatnya. Agar Ridho bisa sembuh dan sesegera mungkin keluar dari rumah sakit yang membosankan itu.

Kini Agatha tengah berbaring sembari menatap langit-langit kamarnya. Senyumnya mengembang, namun setelahnya wajahnya berubah menjadi murung.

Entah kenapa, pikirannya tiba-tiba mengarah pada Arga. Sahabat kecilnya yang sampai sekarang belum menyadari keberadaannya. Ia berfikir dulu, ia akan selalu bersama dengan sahabatnya itu sampai tua. Tapi nyatanya, sampai sekarang Arga tak pernah tau keberadaannya bahkan sekarang ia sudah mempunyai tunangan.

Agatha tersenyum miris membayangkannya, butuh banyak pengharapan untuk Arga menyadari keberadaannya. Apa yang harus ia lakukan? Di satu sisi ia ingin sahabat kecilnya kembali, tapi di sisi lain ia tak akan mungkin mengharapkannya kembali karena saat ini ia sudah dimiliki oleh perempuan lain.

Agatha bertekad, di acara promnight nanti ia akan memberi tahu pada Arga bahwa ia adalah sahabat kecilnya. Orang yang ia cari selama ini. Ya, Agatha akan memberi tahu itu pada Arga. Ia tak berharap banyak Arga akan mau kembali padanya, ia hanya ingin memberi tahu kebenaran yang sesungguhnya. Ia akan menerima apapun keputusan Arga.

Perlahan, Agatha menutup matanya dan terlelap memasuki alam mimpinya.

°°°

Yeayyyyy update lagiiiii
Seneng nggak? Rekor baru nih aku update 1 hari nyampe 3x.

Lagi banjir ide nih, haha. Entahlah, ngadapin UJIAN gini banyak banget ide yang muncul. Ntar kalo hari biasa nggak ada ide sama sekali.

Harusnya tuh aku belajar yaa, karena ini hari terakhir aku Ujian. Tapi beberapa hari ini aku nggak pernah belajar lagi hehe. Padahal mapel ujiannya serem-serem gimana gitu. Tapi aku nggak mau nyia-nyiain ide yang lagi membuncah ini wkwkwk.

Udah segitu aja. Babay✋
Jangan lupa vote and comment.
Salam sayang buat para readers tercintaahhhhhh💋💋

Maafkan typo yang bertebaran....

HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHAHAHAHA

AGATHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang