- C H A P T E R 1 -

5.7K 169 0
                                    

-

Seorang remaja perempuan sedang bermain kejar-kejaran dengan adiknya yang berusia 10 tahun dan tak sengaja adiknya tersandung sehingga kepalanya terbentur batu yang ada di depannya.

Sang mama berlari menghampiri keduanya karena mendengar tangisan anak laki-lakinya. Ia melihat darah menetes di tanah pekarangan rumahnya dan dengan amarah yang memuncak ia menampar anak gadisnya yang berada di hadapannya.

"Kamu itu gimana sih, jaga adik gitu aja nggak bisa"

Ia memangku sang anak dan menjerit histeris memanggil sang suami.

"PAPAAA" teriaknya.

Sang suami turun dengan tergesa-gesa menghampiri istrinya.

"Ada apa ini? Azka kenapa ma?" tanya sang papa panik.

Sang mama menatap tajam kearah anak gadisnya.

"Gara-gara dia Azka jadi begini, awas aja kalo Azka kenapa-napa aku gak bakal maafin dia. Gara-gara si Aya ini, dan karna kamu selalu manjain dia makanya dia jadi sesukanya kaya gini" ucapnya penuh amarah.

Sang papa mengarahkan pandangan kearah dimana sosok anak gadisnya berdiri. Ia memandang anak gadisnya teduh. Gadis remaja itu menggeleng dan menitikkan air matanya.

Sang papa langsung menggendong anaknya menuju mobil untuk di bawa ke rumah sakit dan diikuti oleh sang istri.

Ketika Aya mengikuti langkah kedua orangtuanya, sang mama membalikkan badan.

"Mau kemana kamu?" ketus sang mama.

"Hiks, Aya mau ikut ma, Aya mau liat Azka" jawab Aya sesenggukan.

"Gak perlu, nanti dia sial kalo deket kamu" balas sang mama.

"Setelah ini jangan pernah temuin Azka lagi, ngerti" sambungnya.

Aya mengangguk mengerti dan berbalik arah menuju kamarnya. Ia menangis tersedu-sedu mengingat keadaan adiknya yang sangat mengenaskan. Ia menangis hingga malam hari.

Tiba-tiba saja sang papa menghampiri dan duduk di ujung kasur sebelah Aya. Ia mengelus pucuk kepala sang gadis dengan penuh kasih sayang.

Aya mendongak melihat sang papa, ia meneteskan air mata semakin deras. "Pa, segitu bersalahnya ya Aya sama Azka. Bukan aku yang dorong Azka pa, dia jatuh kesandung batu tadi"

Sang papa membawa Agatha kepelukannya. Agatha menyembunyikan wajahnya di balik pelukan sang papa.

"Pa, maafin Aya. Gara-gara Aya nggak becus jaga Azka dia jadi celaka kayak gitu" ucapnya dipelukan sang papa.

"Trus gimana keadaannya Pa, Azka baik-baik ajakan, Pa" sambungnya.

Sang papa menangguk dan mencium puncak kepala Agatha.

"Adek gak apa-apa sayang, kamu tenang ya" ucap sang papa menenangkan.

"Pasti mama bakal benci banget sama aku, Pa"

"Enggak sayang, mama gak bakal benci sama Aya. Kamu tenang ya"

"Sekarang kamu tidur ya, besok kamu sekolah kan?" sambung sang papa.

Aya mengangguk menanggapi pertanyaan sang papa. Ia melepaskan pelukannya, membaringkan tubuhnya di kasur. Sang papa menyelimuti gadisnya yang malang itu karna setelah kejadian ini pasti sang mama tak akan suka padanya.

Ia mengecup kening Aya dan melangkah keluar menghampiri sang istri.

Pagi harinya...

Saat Agatha dan Satria berada di sekolah.

"Lo tuh gimana sih Ya, nggak becus banget jaga adek satu aja" ucap Satria menyalahkan Aya.

Aya menundukkan kepala. "Kakak kenapa nyalahin aku sih, aku nggak dorong Azka. Dia jatuh karna kesandung batu"

"Udah salah masih bisa ngelak lo ya, mending lo pergi aja deh nggak usah ada di rumah lagi. Nanti keluarga kita bakal kena sial terus kalo ada lo" balas Satria melangkahkan kakinya meninggalkan Aya.

"Kakak nggak sayang sama aku" jerit Aya.

Agatha menitikkan air mata kala mengingat kejadian itu. Karna kelalaiannya ia dibenci oleh mama dan kakak laki-lakinya.

Ia sedang berada di balkon kamarnya menatap langit yang sangat indah. Ia berharap selalu seperti ini kala ia melihat langit. 

Sesaat kemudian, ia menghapus air matanya dan bangkit dari duduknya untuk beristirahat karna esok hari adalah hari pertamanya duduk di kelas dua belas.

Agatha masuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya dan keluar setelah beberapa saat melakukan rutinitas sebelum tidur yaitu mencuci muka dan gosok gigi. Ia merebahkan diri di kasur king size miliknya dan memejamkan mata berharap sang mentari datang esok hari dengan indahnya.

AGATHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang