- C H A P T E R 25 -

1.8K 76 2
                                    

-

12 IPS 1, disinilah Arga berada. Menggantikan posisi bu Risti yang katanya sedang ada urusan dengan bapak kepala sekolah. Sebenarnya Arga enggan berada di kelas ini, tapi ya mau bagaimana lagi? Ini adalah permintaan dari seorang guru yang mau tidak mau harus ia jalani.

Ia berharap guru pembimbing yang masuk di kelasnya, tak memberikan izin untuknya menggantikan posisi bu Risti. Tapi, bu Risti sudah meminta izin kepada guru pembimbing yang ada di kelasnya terlebih dahulu. Dan alhasil, ia pun dengan terpaksa melakukan tugasnya ini.

Arga mulai berbicara di depan kelas memberikan intruksi bahwa ia yang akan menggantikan bu Risti di jam pelajaran ini.

"Selamat pagi teman-teman. Saya disini mendapat tugas dari bu Risti untuk mengawasi kalian dikarekan beliau ada urusan. Jadi saya yang akan menggantikan bu Risti untuk memberikan tugas ulangan kalian hari ini. Dimohon kerjasamanya dalam hal ini, terimakasih"

Setelah mengucapkan itu, Arga membagikan kertas ulangan itu satu persatu kepada seluruh siswa yang ada di kelas ini. Saat sampai di barisan paling belakang, ia berhenti di samping meja Ridho. Arga berkata lewat dagunya yang ia tujukan pada bangku kosong yang ada di samping sepupunya.

Mengerti maksud Arga, Ridho berkata "Oh Agatha, ke toilet tadi katanya"

Arga menganggukkan kepalanya paham. Setelah selesai dengan tugasnya, ia melangkah menuju meja guru yang ada di depan kelas. Sesaat kemudian, ia merasa bahwa ada seseorang yang melewatinya dari arah depan.

Arga melihat ke arah orang yang berjalan menuju bangku belakang, tepat di samping bangku Ridho dengan sendu. Setelah Agatha duduk di bangkunya, Arga mengalihkan pandangannya berpura-pura fokus pada kertas yang ada di hadapannya.

Agatha yang sudah mendapatkan kertas ulangan yang ada di atas mejanya, langsung mengerjakan soal itu dengan santai. Sepuluh menit berlalu, Agatha sudah selesai dengan soal di kertas yang ada di hadapannya. Agatha meletakkan pulpennya, dan menyandarkan punggung serta meletakkan kepalanya pada tumpuan bangku miliknya tak lupa kedua tangan bersidekap dada. Ia memejamkan matanya, karena sedari tadi ia merasa kepalanya sangat pusing.

Dari arah depan, Arga yang melihat itu terheran dengan sikap Agatha. Ia berfikir bagaimana bisa Agatha mengerjakan 10 soal dengan jawaban yang bisa dikatakan panjang dalam waktu 10 menit.

"Lo udah siap, Tha?" tanya Ridho.

"Hmm"

"Gue liat jawaban lo ya, cuman 2 kok" harap Ridho

"Iya, ambil aja. Nanti sekalian kumpulin punya gue" balas Agatha dengan mata tertutup.

"Oke, Tha"

Setelah mendapat izin dari Agatha, Ridho menyalin jawaban dari kertas Agatha. Memang benar hanya dua yang tersisa, dengan cekatan Ridho menulis semua jawaban Agatha di kertas miliknya.

Ia menoleh melihat Agatha yang tertidur dengan sangat tenang dengan masih menulis jawabannya. Tetapi sesaat kemudian, ia melihat bibir Agatha pucat. Ridho memegang dahi Agatha, dan betapa terkejutnya ia merasakan dahi Agatha panas. Ia merasa bahwa Agatha sedang sakit dan tak memberitahukan dirinya.

Ridho menghampiri Arga yang sedang duduk tenang di kursi guru. Ridho berbisik di telinga Arga, setelah itu ia melangkah menuju bangku belakang diikuti oleh Arga di belakangnya. Semua orang yang ada di kelas ini mengikuti langkah Ridho dan Arga karena merasa penasaran apa yang terjadi. Arga mengecek suhu tubuh Agatha, dan benar apa yang diucapkan Ridho bahwa Agatha sedang demam.

"Lo bawa ke UKS ya, gue belum selesai nulis. Nanti gue nyusul" ucap Ridho.

"Yaudah, ntar sekalian lo kumpulin tugas anak-anak ya" balas Arga.

Dengan perlahan Arga menggendong Agatha ala bridal style untuk memeriksakan keadaan Agatha di UKS.

...

AGATHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang