- C H A P T E R 35 -

1.8K 73 2
                                    

Haaaayyy
Gimana, udah nepatin janji kan buat up cepet? Di sela kesibukan aku, aku tetep up buat kalian para readers yang tersayang💋

Vote sebelum baca, comment sesudah baca:)

Happy reading❤

-

"Ehhmmm"

Agatha mengerang di balik tidurnya. Membuka mata seraya menggulingkan badan kesana kemari. Saat sadar ia berada dimana, ia menghentikan aktivitas guling-gulingannya.

"Kok gue disini? Bukannya tadi malem di ruang tengah, ya?"

Agatha heran hingga ia bermonolog sendiri. Menghadap nakas untuk melihat jam yang masih menunjukkan pukul 05.30. Agatha bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri untuk bersiap-siap menuju sekolah.

Setelah beberapa menit, ia keluar dari kamar mandi untuk mencari seragam sekolahnya. Setelah selesai dengan aktivitasnya, ia keluar menuju dapur untuk membuat sarapan.

Sarapan hari ini hanya ada roti bakar dan susu putih yang biasa Agatha nikmati tiap paginya. Setelah selesai sarapan, Agatha kembali ke kamar untuk mengambil tas sekolahnya. Saat akan berangkat, ia melihat ada orang yang sedang tidur di sofa ruang tengah. Agatha berjalan menuju sofa untuk memastikan siapa orang yang sudah berani memasuki apartemennya tanpa izin. Setaunya, hanya ada satu orang yang tau kode apartemennya ini.

Ia melihat sang kakak-Satria sedang tertidur di sofa dengan keadaan meringkuk memeluk tubuhnya. Agatha baru ingat, kemarin sore ia juga memberitahu Satria soal kode apartemennya.

Dengan perlahan, Agatha kembali ke kamar mengambil selimut untuk Satria. Ia menyelimuti Satria, setelah itu berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Satria. Mengelus perlahan rambut legam sang kakak yang sudah sangat lama tak ia rasakan lagi kehangatannya. Beralih ke bagian wajah, mengelus perlahan wajah kokoh Satria.

"Udah lama tau ngga sih, kak, gue ngga ngerasain hal kaya' gini. Semenjak kejadian itu, lo kaya' patung bagi gue sampe gue ngga ngerasain apa itu rasanya kasih sayang lagi. Makasih udah balik lagi buat gue" lirih Agatha.

Hanya dengan mengucapkan itu saja, Agatha seolah menjadi perempuan lemah hingga tak sadar matanya sudah berkaca-kaca. Hal yang paling sulit Agatha hadapi, hal yang paling lemah baginya ialah keluarga.

Kau tau kan betapa pentingnya keluarga bagi hidupmu sendiri? Seolah tanpa mereka kau tak bisa berbuat apa-apa. Dan semua hal yang menyangkut tentang keluarga, mau sekuat apapun, setegar apapun pasti akan lemah jika berhadapan dengan yang namanya anggota keluarga.

Perlahan air matanya jatuh membasahi pipi gembulnya. Kemudian, Agatha beralih mencium kening sang kakak sebelum berangkat sekolah. Dipandanginya wajah sang kakak sebelum ia berangkat ke sekolah. Masih membiarkan air matanya jatuh.

Tiba-tiba sebuah tangan besar mendarat di pipinya untuk menghapus jejak air mata yang turun membasahi pipinya. Dan ya, itu Satria. Tangan kekar Satria.

"Jangan nangis, gue ngga suka ngeliat orang yang gue sayang nangis. Udah cukup gue nyakitin lo selama ini, jangan lagi" ucap Satria dengan suara khas bangun tidur.

"Agatha mau sekolah? Kakak anter ya?" tawar Agatha.

"Emang boleh?"

"Boleh lah. Kan sayangnya kakak" Satria tersenyum membalas pertanyaan Agatha.

AGATHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang