- C H A P T E R 19 -

1.8K 81 1
                                    

Semua orang akan sadar, betapa berharganya orang yang selama ini mereka sia-siakan disaat mereka menyadari apa yang selama ini menjadi hambatan masalah itu sendiri.

-

Seorang remaja laki-laki sedang termenung di gazebo rumahnya. Entah kenapa, ia sangat merindukan seseorang yang selama ini pergi menghilang.

"Kangen itu spontan, rindu itu mendalam. Dan kali ini, gue rindu serindu-rindunya sama lo. Kapan lo balik?" lirihnya dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.

"Gue nggak tau harus nyari lo kemana, dan gimana caranya gue nyari lo sedangkan gue aja masih bocah, gue rindu pake banget sama lo. Pulang untuk gue, ini bukan salah lo, ini cuman salah paham" sambungnya.

Seseorang yang sedang bersembunyi dibalik tembok menangis dalam diam mendengarkan ucapan remaja itu menangis merindukan orang yang amat berarti baginya. Ya, dia adalah bi Iyem, pembantu yang ada di rumah itu.

Bi Iyem adalah orang yang telah membantu Agatha, ia menampung Agatha di rumahnya yang ada di Bandung. Selama beberapa bulan Agatha tinggal di rumah bi Iyem, Agatha tak pernah menyusahkan bi Iyem sama sekali. Bahkan, ia mencari pekerjaan di daerah rumahnya walaupun hanya bekerja di sebuah bengkel sederhana yang kebetulan pemilik bengkel itu merupakan orangtua dari teman anaknya bi Iyem. Sedikit demi sedikit ia mengumpulkan uang sehingga ia mampu membeli motor, bengkel sederhana dan apartemen yang tak jauh dari bengkel itu.

Sesekali Agatha berkunjung ke rumah bi Iyem dan memberikan sedikit uangnya kepada anak bi Iyem yang perempuan agar dipergunakan untuk keperluan sekolahnya.

"Maafin bibi den, udah nyembunyiin orang yang sangat berarti bagi keluarga ini" batin bi Iyem.

Tiba-tiba seorang lelaki dewasa yang tak lain adalah sang kakak menghampirinya dan menepuk pundaknya perlahan.

"Lo kenapa sih selalu mikirin diaaa mulu, dia yang udah buat lo celaka kenapa lo selalu khawatirin dia" kesal sang kakak.

"Kakak kenapa sih, benci banget sama dia. Dia itu adik kakak, adik kandung kakak harusnya kakak perhatiin dia bukannya malah benci dia kayak gini. Kakak itu udah dewasa kan, harusnya kakak tuh lebih ngerti. Harus berapa kali aku bilang, kalo itu bukan salah dia, kita cuman salah paham. Ngerti nggak sih" ucap Azka panjang lebar.

"Lo tuh--" ucapnya terhenti saat Azka memotong ucapannya.

"Udah deh kak, lo itu nggak akan pernah ngerti tau nggak" ketus Azka meninggalkan sang kakak sendirian.

Setelah kepergian adiknya, lelaki itu menjambak rambutnya frustasi sembari memikirkan perkataannya.

"Apa yang harus gue lakuin, disatu sisi gue kangen sama dia. Tapi, disisi lain gue juga benci sama dia" lirihnya.

♨♨♨

"Pah, tindakan mama selama ini bener nggak sih, pah?" tanya sang istri bernama Hana kepada suaminya.

"Ma, harus berapa kali sih papa bilang. Mama nggak seharusnya bersikap kayak gitu, apalagi dia itu perempuan. Lagian Azka juga udah bilang kan kalo dia itu nggak salah" balas sang suami-Bram.

"Tapi pa...mama bingung harus gimana, disatu sisi mama nggak tega sama dia, tapi disisi lain rasa benci itu masih ada" lirih Hana sembari duduk di kasur.

Bram menghampiri Hana dan mengelus pundak Hana lembut. "Ma, dia itu darah daging kamu. Kamu seorang ibu, naluri kamu lebih kuat dari seorang ayah. Papa ngerti, papa ngerti mama sayang sama Azka tapi mama nggak boleh ngabaikan dia gitu aja apalagi dia perempuan, ma. Hati dia lembut, sama kaya mama. Mama apa nggak kangen sama dia, udah 3 tahun dia pergi dari rumah ini. Kalo boleh jujur papa kangen sama dia, kangen banget, ma" ucap Bram menitikkan air matanya.

Hana yang mendengar itu menangis sembari menggigit bibir bawahnya agar isakannya tak terdengar. Bram yang mendengar isakan kecil dari istrinya langsung membawa sang istri kepelukannya.

"Mama mau Aya kembali, pa. Mama mau minta maaf sama dia, bawa dia pulang, pa. Mama mohon" lirih Hana dipelukan Bram.

"Insyaallah ma, papa bakal bawa Aya pulang" balas Bram mengelus kepala Hana.

•••

AGATHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang