- C H A P T E R 45 -

3.2K 85 6
                                    

-

Sudah dua jam Agatha berada di ruang operasi, dan sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan selesainya operasi yang dijalani.

Arga menunggu di depan ruang operasi dengan cemas. Sebentar duduk, sebentar berjalan mondar-mandir sembari berdoa dalam hati semoga Agatha akan baik-baik saja disana. Keluarga Agatha pun sama cemasnya dengan Arga. Bram sedang menenangkan Hani yang sedari tadi menangis di dalam dekapannya, Azka duduk sembari menundukkan kepala, dan Satria duduk di lantai dengan kepala ditumpukan diatas kakinya yang dilipat.

Sedangkan Ridho, bersandar di dinding yang berseberang dengan ruang operasi bersama Sandra.

"Lo liat kan, gimana khawatirnya Arga sama Agatha? Lo tega misahin mereka demi perjodohan yang nggak berguna ini?"

Sandra memalingkan wajah menatap Ridho. Cukup lama, akhirnya ia angkat bicara.

"Sebenernya gue nggak mau kayak gini, gue terpaksa ngelakuin ini semua. Kalo nggak karena bokap nyokap gue, gue nggak akan mau kayak gini"

Ridho masih diam menunggu kelanjutan cerita yang akan di ucapkan Sandra.

"Waktu itu, perusahaan papa gue bangkrut. Ada orang yang mainin perusahaan itu, semua uang kantor di garap habis-habisan. Bahkan, orang itu sampe minjem uang ke Bank yang mengatasnamakan perusahaan papa.

"Papa gue bingung mesti gimana, sementara orang Bank udah nagihin semua hutang-hutang yang mengatasnamakan perusahaan, dan ngancem bakal nyita semua barang berharga yang kita punya. Kita semua bingung, kalo rumah di sita kita bakal tinggal dimana? Kita terus berdoa sama Tuhan, minta pertolongan. Dan akhirnya dengan mukjizat Tuhan, papanya Arga--om Restu-- dateng ngebantu kita.

Sandra menghela napas kasar. Memalingkan wajah menatap sekitar, dan yang ia lihat masih sama. Arga dan
keluarga Agatha yang terlihat cemas dan gusar masih sabar menunggu kapan operasi akan selesai.

"Dia bayarin semua hutang papa dan bilang mau kerjasama dengan perusahaan kita, disitu kita seneng banget karena ada orang yang baik mau nolong kita. Lama-kelamaan, perusahaan papa balik normal lagi dan papa sama om Restu makin deket. Ntah kenapa, tiba-tiba om Restu bilang ke papa mau ngejodohin gue sama anaknya. Papa nyeritain tentang perjodohan ini di depan gue dan mama, otomatis gue kaget dong denger papa bilang kalo gue mau dijodohin, sementara gue udah punya pacar.

"Bahkan kita udah ngejalin hubungan hampir 2 tahun. Awalnya gue bingung, tapi karena kita punya hutang budi sama keluarga Arga, akhirnya gue terima perjodohan ini, dan dengan terpaksa gue mengakhiri hubungan gue sama pacar gue. Gue jelasin semua ke dia, kalo gue terpaksa ngelakuin ini semua. Dan gue seneng karena dia ngerti posisi gue dan dia bilang ke gue kita memulai hubungan dengan baik-baik dan kita juga harus mengakhiri hubungan ini dengan baik-baik juga.

"Karena masalah itu gue mau dijodohin sama Arga. Dan gue bakal batalin perjodohan ini, gue nggak mau buat orang lain susah apalagi karena gue"

Sandra menangis setelah menceritakan semuanya kepada Ridho. Ia merasa bersalah dengan semua ini.

"Lo tau? Sebenernya Agatha udah tau dari lama kalo Arga itu sahabat dia, cuman karena dia nggak mau ngancurin hubungan kalian, makanya dia nggak ngasih tau masalah ini. Dan tepat hari ini, Agatha kasih tau masalah ini karena gue yang suruh dia buat jujur. Gue nggak mau ngeliat Agatha sedih terus, gue nggak mau ngeliat orang yang gue sayang menderita, dia orang paling berharga dalam hidup gue, San"

Mata Ridho berkaca-kaca seusai mengatakan hal itu. Ia mengusap wajahnya kasar.

"Maafin gue, maafin gue" lirih Sandra.

AGATHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang