-
Seminggu berlalu semenjak kejadian di mall itu. Kini Agatha sedang berada di rumah sakit bersama Ridho untuk membahas masalah ujian kelulusan yang sebentar lagi berlangsung.
"Lo belum diijinin pulang ya, Dho?" tanya Agatha menatap Ridho sendu.
Ridhi menggeleng. "Kata dokter kondisi gue masih lemah"
"Terus ujian lo ntar gimana?"
"Gue juga nggak tau, kalo untuk ujian biasa gue mungkin diperbolehin buat ujian disini. Tapi kalo untuk UN gue nggak tau" balas Ridho mengendikkan bahu.
"Kalo gitu lo harus sembuh lah pasti, kan lo udah janji bakal ke acara promnight bareng gue, yakan?" Agatha cemberut mendengar balasan Ridho.
Ridho meletakkan tangannya yang bebas infus di atas kepala Agatha dan mengacak pelan rambut Agatha. "Lo imut tau kalo lagi cemberut gitu, hilang deh muka lo yang datar itu"
Agatha memalingkan wajahnya. "Nggak apa-apa deh, gue pasang muka gini tiap hari juga nggak masalah. Asalkan lo sembuh, gue rela-rela aja"
Ridho hanya tersenyum mendengar penuturan Agatha. Kemudian, keduanya hening dalam diam.
Agatha bersuara membuat Ridho memalingkan wajahnya yang semula menatap jendela kini kembali menatap wajah sumringah Agatha.
"Gue udah baikan sama Azka, sama kak Satria juga. Tapi--" ucapnya terputus dan merubah ekspresi wajahnya yang awalnya tersenyum kini menjadi murung.
Cukup lama menunggu, Ridho angkat suara karena Agatha tak kunjung melanjutkan ucapannya.
"Kenapa? Kok jadi murung gitu?'' tanya Ridho penasaran.
Agatha menghembuskan napas kasar, kemudian mengangkat kepala yang semula menunduk kini menatap Ridho.
"Seminggu yang lalu, gue ketemu bokap nyokap gue" lirihnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Ridho sedikit terkejut. Ternyata banyak hal yang ia lewatkan semenjak ia berada di rumah sakit ini. Bahkan janjinya pada Agatha untuk membantu cewek itu menemukan kedua orangtuanya harus ia lewatkan karena penyakit yang ia derita ini.
"Terus lo nggak nyamperin mereka?"
Agatha menggeleng lemah. Menunduk membiarkan air matanya mengalir dipipi putihnya.
Ridho mengangkat dagu Agatha untuk menatapnya. Ditatapnya Agatha lekat-lekat, menarik napas kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Harusnya lo nggak boleh gitu, gimanapun juga mereka itu orangtua lo. Lo harus bisa maafin mereka, sebagaimana lo maafin kedua saudara lo. Gue tau, rasa kecewa itu pasti masih ada. Tapi setidaknya lo harus bisa berdamai sama diri lo sendiri buat maafin mereka, mau sampe kapan lo kayak gini?
Belajar terima keadaan, ini udah takdir. Tuhan pasti punya rencana yang baik dari masalah ini, Tha. Jangan selamanya terpuruk kayak gini. Lo harus bisa maafin mereka, gue pasti bantu"
Agatha mengangguk samar. Benar, ia harus berdamai dengan keluarganya. Tak seharusnya ia seperti ini terus, pasti ada alasan dibalik peristiwa ini. Ya, Agatha harus bertemu dengan kedua orangtuanya dan meminta maaf pada mereka. Ya, harus. Ia harus melakukan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
AGATHA (END)
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) - Seorang gadis yang merasa hidupnya kurang beruntung seperti gadis pada umumnya. Merasa nasibnya sangat malang atau mungkin menyedihkan. Karena kesalahan yang pernah ia lakukan, ia mulai dijauhi dan memutuskan pergi. Dari s...