- C H A P T E R 22 -

1.8K 79 0
                                        

-

Arga mencekal lengan Agatha, lantas Agatha menghentikan langkahnya.

"Gue anter pulang" ucap Arga.

"Nggak usah, gue pulang sendiri aja. Lagian udah deket kok dari sini" balas Agatha dingin.

Agatha melangkahkan kakinya untuk menjauh dari Arga.

"Lo yang terlalu jual mahal atau gue yang kurang berjuang?" teriak Arga.

Mendengar itu, spontan Agatha menghentikan langkahnya. Ia berbalik untuk membalas perkataan Arga.

"Makasih karena lo udah nolongin gue, dan maaf gara-gara gue lo jadi luka kayak gini. Gue pergi" ucap Agatha setelah itu berjalan cepat meninggalkan Arga.

Arga memandangi punggung Agatha yang semakin menjauh dari pandangannya. Setelah ia tak melihat Agatha, ia memutuskan untuk pulang ke rumah.

🌽🌽🌽

"Lo yang terlalu jual mahal atau gue yang kurang berjuang?"

Agatha masih terngiang-ngiang dengan perkataan Arga beberapa jam yang lalu. Setelah kembali ke rumah tadi, ia memutuskan berdiam diri di balkon sembari memandangi langit yang selalu ia lakukan setiap malam.

"Apa gue kasih kesempatan aja ya? Tapi..." batinnya.

Arrgghh..

Teriaknya menjambak rambut. Ia berjalan masuk ke dalam kamar mengambil ponselnya di atas nakas untuk menghubungi seseorang.

Tuuttt.. Tuuttt.. Tuuuttt...

"Halo, Tha. Kenapa?"

"Ada yang mau gue omongin sama lo, sebenernya sih susah kalo dari telpon. Tapi yaudah deh kalo mau ketemu juga udah malem banget"

"Emangnya mau ngomongin masalah apa?"

"Arga"

"Oh yaudah, gue kesana aja. Kebetulan gue masih di luar ini"

"Serius nggak apa-apa?" tanya Agatha ragu.

"Iya nggak apa-apa, masih jam sembilan juga. Yaudah gue berangkat sekarang, bye"

Agatha mematikan sambungan telponnya dan duduk di ruang tamu untuk menunggu kedatangan Ridho.

🌽🌽🌽

Ridho sedang mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata. Sesaat sebelumnya ia mendapat telpon dari Agatha yang katanya ingin membicarakan suatu hal penting mengenai sepupunya Arga. Kurang dari sepuluh menit, ia sudah sampai di depan apartemen Agatha. Langsung saja ia berjalan menuju apartemen milik sahabatnya itu.

Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan pesan pada Agatha.

Agatha
Gue udah di depan, buka pintu

Ridho
Iya, bentar

Read.

Ceklek...

Agatha mempersilakan Ridho masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu Agatha.

"Mau minum apa?" tanya Agatha.

"Jus jeruk, ada?"

"Enggak"

"Teh, ada?"

"Enggak"

"Trus yang ada apa dong?"

"Air putih"

"Ya trus kalo yang ada cuman air putih kenapa nanya lagi, kampret?"

"Ya kan nggak ada salahnya nanyak, onta"

"Yaudah gue ambil dulu" balas Agatha berjalan menuju dapur meninggalkan Ridho.

Kurang dari satu menit, Agatha datang dengan segelas air putih di tangannya. Ia meletakkan gelasnya di atas meja. Ridho menenggak setengah minumnya.

"Udah, cepetan mau cerita apa?" tanya Ridho to the point.

"Lo tau kan masalah Arga deketin gue?"

"Hmm. Emangnya kenapa?"

"Apa gue harus terima dia buat jadi temen baru gue selain lo?"

"Huftt. Kemaren kan gue udah pernah bilang sama lo, itu hak lo, jadi terserah mau lo terima atau nggak. Toh cuman temenan kan bukan pacaran, jadi apa salahnya kita coba"

Agatha menundukkan kepalanya.

"Trus gimana?" tanyanya mengangkat kepala menatap Ridho.

"Kalo menurut gue ya lo terima aja, nggak ada salahnya kan nambah temen, lagian dia sepupu gue jadi gue taulah gimana sifatnya. Baik kok anaknya"

Agatha merenungi kata-kata yang dilontarkan Ridho. Ia memejamkan mata sembari menghembuskan napas kasar.

°°°

Jangan lupa vote and comment❤

AGATHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang