- C H A P T E R 1 6 -

2K 70 0
                                    

Pagi ini matahari sangat terik, Arga membuka seragam sekolahnya yang menyisakan kaos putih. Arga meletakkan seragam sekolahnya di loker dan berjalan menuju lapangan untuk menjalankan hukuman yang diberikan pak Jodi.

Baru berlari 5 putaran saja, baju yang Arga kenakan sudah basah akibat keringat yang bercucuran. Arga berhenti berlari untuk mengatur napasnya. Tiba-tiba ada seorang cowok culun memakai kaca mata berjalan menghampirinya.

Cowok itu menyodorkan minuman yang ada tangannya kepada Arga, yang Arga yakini adalah adik kelasnya.

"Nih kak, ada titipan" ucapnya ketakutan.

Tak langsung menerima, Arga malah bertanya. "Dari siapa?"

"Sa...saya nggak tau kak, tapi tadi katanya nggak boleh di kasih tau namanya siapa" balas cowok itu.

"Cewek?"

Cowok itu mengangguk menanggapi pertanyaan Arga dan Arga menerima minum yang disodorkan cowok itu.

"Kalo gitu saya permisi ya kak"

"Thanks" balas Arga sembari menengguk minum yang di terimanya.

Cowok itu pergi dari hadapan Arga. Setelah di rasa sudah cukup dengan minumnya, Arga melanjutkan hukumannya.

Setelah selesai dengan hukumannya, Arga berjalan menuju kantin.

"Di hukum, mas Arga?" tanya penjaga kantin bernama mbak Rini.

"Iya mbak. Pak Jodi tuh, suka-sukanya aja main hukum-hukum anak orang" balas Arga kesel.

"Jus jeruk satu ya, mbak" ucap Arga kepada penjaga kantin.

"Oke mas. Tunggu ya" balas Rini menyiapkan pesanan Arga.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya pesanan Arga datang.

"Ini mas, maaf lama ya" ucap mbak Rini

"Iya nggak apa-apa. Makasih ya mbak" balas Arga.

"Sama-sama mas" balas mbak Rini sembari pergi meninggalkan Arga.

Arga menyeruput jus jeruknya. setelah menghabiskan minumnya, ia kembali ke kelasnya karena bel pergantian les sudah berbunyi. Ia berjalan menuju loker untuk mengganti kaosnya dengan seragam putihnya karena kaos yang ia pakai sudah basah.

Sebelum Arga masuk kelas, ia sempat melihat Agatha berjalan dari arah toilet yang juga baru memasuki kelas dengan wajah datarnya.

Setelah Agatha tak terlihat, ia memasuki kelas dan melihat pak Jodi sudah tak ada di kelasnya. Arga berjalan melewati teman-temannya menuju bangku.

Arsen yang melihat itu membalikkan badan menghadap kearah bangku Arga dan Revan.

Baru saja duduk, ia sudah diberi pertanyaan bertubi-tubi oleh sahabatnya.

"Lo tadi darimana sih, Ga. Kita udah cari lo tau, tapi herannya nggak ketemu. Lo mau bolos ya tadi, trus kenapa nggak ngajak kita. Lo tau nggak sih gue pusing banget tau tadi belajar sama pak Jodi, ngeselin banget tau nggak. Masa nih ya gue disuruh maju ke depan buat ngerjain soal, herannya yang dijelasin ke kita beda yang disuruh ngerjain beda. Udah gue nggak tau matematika malah gue yang disuruh maju" cerocos Arsen panjang lebar.

"Woy, onta. Kalo ngomong santai aja kali, kaya kereta api lo ngomong. Nggak usah pake ujan segala, kena muka gue nih. Jorok banget lo" balas Revan mengelap air liur yang ada di mukanya ke baju Arsen.

"Eh eh, apaan lo. Lo kira baju gue kain lap, seenaknya lo ngelap di baju gue" sewot Arsen menjauhkan wajah Revan.

"Salah lo, kenapa ngomong pake kuah" balas Revan tak kalah sewot.

"Dimana-mana kali ngomong itu ya pake mulut, bego" ucap Arsen menoyor kepala Revan.

Arga menjadi penonton diantara perdebatan mereka. Hanya masalah sepele saja mereka sampai adu mulut seperti ini.

Arga memilih tidur dengan kedua tangan yang menumpu diatas meja.

"Lah kan, si Arga jadi marah gara-gara lo" ucap Arsen mendorong bahu Revan.

"Malah nyalahin gue, lo yang salah juga. Suruh siapa lo bacot aja daritadi" balas Revan tak mau kalah.

Teman-temannya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah mereka berdua karena memang itu sudah menjadi pemandangan biasa yang sudah mereka nikmati sehari-hari.

"Udah ah sebel gue sama lo, pantat onta" ucap Arsen membalikkan badan menghadap depan.

"Lo taiii-nya" balas Revan.

...

AGATHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang