••BIG SECRET••

2.4K 195 42
                                    

Lagu dari Ares buat Lala;
Afgan—cinta tanpa syarat.

Happy reading ❤❤

Aku bukan malaikat yang punya ekstra kesabaran, aku hanya manusia yang kadang bisa marah juga menaruh kebencian.

•••

Katanya—hari Senin lebih keramat dari Jumat sekalipun, padahal hanya karena upacara yang memang harus rutin dilakukan alias wajib. Nyatanya, kadang bosan memang melanda kala terus berdiri mendengarkan kepala sekolah berkoma-kamit memberi ceramah, belum lagi sengatan matahari pagi—padahal sehat, tapi sebagian orang tetap tak suka jika kulitnya disentuh oleh sinar panas itu.

Junior kelas sepuluh sudah diperbolehkan menggunakan atribute SMA mereka setelah masa MOS selesai, dan kini mulai menikmati status sebagai penghuni SMA Semesta denan beraneka macam isi.

Orang-orang mulai berkumpul di lapangan setelah bel berbunyi beberapa detik yang lalu, mereka semua jelas diwajibkan memakai seragam lengkap termasuk topi abu-abu yang jarang sekali digunakan saat hari-hari biasa tiba, tapi kali ini benda itu harus digunakan, jika tidak silakan bersihkan kamar mandi sampai kinclong.

Lala dan Deby baru saja bergabung dengan barisan kelas XII IPS yang dicampur tanpa aturan kelas sama. Lala berdiri di baris kelima, sedangkan Deby di belakangnya, masing-asing barisan memiliki enam lajur.

Lala memang ketua OSIS, banyak yang segan terhadapnya, tapi ia juga manusia biasa yang suka membuat kesalahan. Seperti saat ini, bahkan setiap kali upacara dilangsungkan dia akan melakukannya dengan senang hati. Lala sengaja memasang handsfree di telinga kirinya untuk mendengarkan musik karena bosan dengan ceramah kepala sekolah, bahkan ia sengaja mengurai sebagian rambutnya ke depan untuk menutupi benda itu.

Lima menit menjelang dimulainya upacara, semua sudah berbaris dengan rapi, tapi tiba-tiba tangan seseorang mencolek lengan Deby, ia menoleh mendapati Ares berdiri di sebelahnya.

“Pindah,” ucap Ares tanpa suara.

“Buat apaan?” Deby juga memelankan suaranya.

Ares tak mau berlama-lama memberi alasan, ia mengeluarkan uang pecahan lima puluhan, dan Deby langsung merebut benda itu.

“Oke, gue pindah sekarang.”

Akhirnya Ares bisa berdiri di belakang Lala, hidungnya membaui aroma manis dari gadis di depannya, sedangkan Lala tak tahu jika sahabatnya sudah berkhianat dengan bergeser posisi berbaris.

Sepanjang upacara yang biasanya membosankan, tapi kali ini tidak sama sekali untuk Antares Gema, ia justru senang dan ingin upacara terus berlangsung tanpa henti, kapan lagi ia bisa berdekatan dengan Lala?

Sesekali suara Lala keluar untuk bersenandung menikmati alunan musik yang ia dengar sendiri.

“Deb, lo tadi bawa permen, ’kan?” tanya Lala tanpa menoleh.

Ares mendelik, ia tak punya permen sama sekali. Ares mencolek Deby dan meminta permen tanpa bersuara, segera Deby merogoh saku seragamnya dan memberikan permen pada Ares.

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang