••DON'T JUDGE ME••

921 91 21
                                    

Konflik—konflik—konflik.

Happy Reading ❤❤

Baiknya kita sudahi saja apa yang kau sebut bersama, anggap saja aku hanyalah pewarna hidupmu sementara.

•••

“Kenapa kita harus ketemu di sini?” tanya Lala yang kebingungan setelah Faruk memintanya datang ke sebuah JPO, dan sejak lima belas menit lalu—Faruk hanya diam saja—menambah tanda tanya di kepala Lala.

“Diam aja,” sahut Faruk tak acuh, tatapannya mengarah pada mobil-mobil yang berlalu lalang di bawah mereka. Angin sore itu membelai wajah keduanya terutama Lala yang lupa mengkiat rambut, jadilah ia berulang kali menyelipkan surainya tanpa lelah.

“Maksud lo apa, sih? Kalau emang nggak ada yang penting buat dibahas, gue mau pulang sekarang. Gue ada kerjaan.” Lala memutar tubuh menghampiri anak tangga yang tak terhitung jumlahnya, ia tak bohong kalau ada kerjaan yakni mengantar sneakers ke beberapa pelanggan.

“Kerjaan apa? Urusin Ares?” celetuk Faruk to the point, dan perkataannya berhasil membuat Lala memutar tubuh menghampiri remaja itu.

“Ulang dialog lo tadi, gue mau dengar lebih jelas,” pinta Lala.

Faruk menoleh, bukan lagi mata teduh yang biasanya Lala lihat, kali ini seperti terlihat kilatan marah bersarang pada sepasang iris hitam itu.

“Udah seberapa jauh hubungan lo sama Ares, hm?”

“Deby ngadu apa sama—”

“Dan demi laki-laki yang namanya Ares itu lo rela berdebat sama Deby, La? Gue nggak habis pikir, bukannya Deby teman dekat lo.”

Lala mengernyit, ia merasa sangat dihakimi sekarang, padahal tak keseluruhan salah Lala.

“Gue tahu kalau Deby sepupu lo sekaligus teman dekat gue, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya nuduh gue macam-macam. Gue sama Deby saling kenal lebih dari dua tahun, tapi seolah dia nggak paham sama gue.

“Siapa yang terima kalau dia tuduh gue bukan cewek baik-baik seolah Deby baru pertama kali kenal gue, kalian semua nggak bisa menuduh gue tanpa bukti. Gue sama Ares cuma berteman!”

“Teman tapi mesra, ‘kan? Buktinya sampai peluk-pelukan, kalian juga pernah masuk ruang OSIS terus lo keluar pakai nangis. Itu maksudnya apaan, La!”

Plak!

Lala tak bisa lagi menahan emosinya, ternyata Deby mengadukan apa pun pada Faruk, ternyata Deby memata-matai dirinya sejak lama. Teman macam apa itu!

“Bahkan pacar gue sendiri enggak percaya sama gue, lo keteraluan, Faruk!”

“Gue cemburu, La! Gue cemburu!”

“Gue sama Ares cuma berteman! Nggak lebih!”

“KALAU GITU JAUHI DIA!!!”

Lala menarik napas seraya menelan salivanya, baru kali ini Faruk membentak dirinya terus-menerus, apa itu aslinya Faruk atau sisi yang disembunyikan dari Lala. Gadis itu merasa dikhianati oleh sahabatnya sendiri, bukannya saat itu Deby terus membela saat banyak orang mencaci Lala setelah kejadian di ruang OSIS? Sekarang Lala bisa simpulkan sendiri kalau semua itu hanyalah omong kosong, nyatanya Deby mengadukan hal yang tak seharusnya pada Faruk. Sakit sekali menyadari teman dekat sendiri seolah bermuka dua.

“Jauhi dia?” Lala menatap ke arah lain. “Gue sama dia pisah sejak kenaikan kelas enam SD sampai kita ketemu lagi di SMA yang sama, empat tahun gue jauh dari Ares. Saat dia kembali bahkan gue hukum dia tanpa tahu apa penyebabnya, gue jauhi Ares, gue siksa perasaannya tanpa peduli gimana dia. Akhir-akhir ini gue baru sadar kalau gue yang egois, gue yang nggak bisa melihat keadaan dari berbagai sisi.

“Gue yang saat itu nggak bisa berdamai sama masa lalu, sedangkan Ares selalu ada buat jaga gue walaupun diam-diam, walaupun gue sama sekali nggak peduli. Sekarang gue sadar kalau gue emang butuh sahabat kayak Ares yang mau terima gue meskipun udah disakiti berkali-kali, bahkan dia terima luka fisiknya karena gue, Faruk! DAN LO MINTA GUE JAUHI DIA, ARTINYA LO GILA!!!”

“Dia nggak baik buat elo, La. Anak SMA Angkasa banyak yang kenal Ares dan mereka tahu gimana bajingannya Ares di luar sana, mereka tahu kalau Ares punya teman preman. Sekarang lo masih mau punya sahabat kayak dia? Apa yang lo harapkan dari laki-laki bad boy yang namanya Ares itu, La?”

Iya, perkataan Faruk memang benar. Ares itu hanya laki-laki bajingan dengan segudang masalah—punya teman preman hingga tawuran, suka bergonta-ganti pacar lalu apa lagi yang Lala tak tahu?
Silakan jika orang lain ingin menilai Ares seburuk itu, tapi bagi Lala berbeda, apa yang ia rasa bukan lagi benci setelah empat tahun lamanya. Lala peduli dengan Ares, Lala merindukan pertemanan mereka di masa kecil, yang Lala tahu Ares selalu ada untuknya, selalu memprioritaskan dirinya, dan jadi malaikat pelindung. Ares memang bajingan, tapi tak lagi di mata Lala, Ares adalah sahabat terbaiknya—yang meski dijauhi tapi terus mendekat, penuh usaha dan pertahanan yang kuat.

“Gue nggak peduli siapa itu Ares. Dia cuma sahabat gue, nggak lebih.” Lala bersikukuh dengan pendapatnya.

“Gue masih bisa jagain lo lebih dari dia, La. Jauhi dia.”

“Gue nggak bisa jauhi Ares, dia udah jadi separuh bagian hidup gue. Kalau emang gue harus jauh dari dia, biar Tuhan yang berkehendak, lo nggak berhak memutuskan.”

“Jadi, lo tetap keukeuh sama pendirian lo itu, La?”

Lala mengangguk mantap, tak ada sedikit pun keraguan dalam dirinya.

“Kalau gitu kita putus aja,” pungkas Faruk.

Lala menghela napasnya, “Oke, gue nggak akan nolak keputusan lo buat putus, kita udahan sekarang.”

“LO GILA!!!” Tiba-tiba saja dengan kasarnya Faruk menarik tangan Lala dan menghempas tubuh gadis itu pada salah satu pilar kecil JPO dan membuat kepala Lala terbentur, Faruk menatap tajam gadis itu. “Nggak segampang itu, La. Nggak segampang itu!”

“Elo yang gila!”

“Elo!”

“Bukannya dulu lo yang bilang kalau kita nggak perlu sampai pacaran, kenapa sekarang putus harus protes!”

“Karena lo udah telanjur masuk ke hidup gue! Bukannya lo sendiri yang minta biar kita pacaran, hah!” Tangan Faruk mengapit pipi Lala, memaksa gadis itu menatap mata elangnya yang dipenuhi kilatan amarah besar. “Kita nggak akan putus!”

“Kit-kita put-tus!” Lala sulit melontarkan perkataan karena Faruk masih menekan pipinya hingga terasa sakit.

“Putus ya?” Faruk membungkam bibir Lala dengan bibirnya, menelusupkan lidah lebih dalam dan cukup brutal, memaksnya berciuman meski berada di tempat umum. Faruk memang gila!

Lala menginjak kaki Faruk dengan kuat, saat laki-laki itu melepaskan ciumannya—Lala mendorong Faruk hingga terjerembab ke selasar, alhasil Lala ambil kesempatan untuk kabur dari kungkungan remaja itu.

•••

Ternyata Faruk lebih horor dari Ares ya?

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang