••NIGHTMARE••

1K 96 17
                                    

WARNING ❗❗❗

Kisah ini sudah aku ganti dari genre Fiksi Remaja ke genre Aksi, karena apa?
Akan banyak adegan fighting, juga kekasaran lainnya.

But, tetep aja nikmati kisah mereka ya.

Happy reading ❤❤

Bagaimanapun aku manusia, punya rasa takut dan hati berkabut.

—La Estrella—

•••

Ares mengayunkan katana yang dipegangnya dengan lincah, ia di kelilingi oleh Samuel dan tiga orang anak buahnya, mereka semua pun memegang senjata tajam. Ares menatap ke arah Lala yang masih tersungkur dengan tangan dan kaki terikat, mulutnya pun dilakban, darah di pelipis serta air mata di wajah gadis itu sudah menyiratkan rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuh Ares. Bagaimana bisa Samuel dan anak buahnya menyakiti gadis kesayangan Ares bahkan melukainya, Ares tak terima sama sekali.

Ia menatap tajam orang-orang yang mengelilinginya, tatapan bengis itu untuk pertama kalinya Lala lihat, dan Ares benar-benar menyeramkan—terutama keringat juga darah luka robek di bagian lengan kanannya, tapi remaja itu masih sanggup mengayunkan katana tanpa takut siapa-siapa.

“Lo jangan berlagak sok pahlawan, Res. Lo itu cuma anak kemarin sore yang udah diselamatkan sama Jinggo, lo nggak ada apa-apanya buat gue.” Samuel menyeringai seraya memegang erat linggis di tangannya. “Ini bukan drama sekolah, bukan drama teater antara putri yang diculik terus diselamatkan sama pangerannya. Bukan drama anak kecil, mending lo pulang sekarang—cuci kaki, cuci tangan terus tidur.”

Anak buah Samuel tertawa mendengar penghinaan terhadap Ares seolah sebuah lelucon, sedangkan empunya tak bergeming sama sekali, ia tak peduli pada ocehan makhluk bengis seperti Samuel yang ingin mengecilkan nyalinya untuk melawan mereka. Ares hanya memikirkan gadis itu, gadis kecil yang selalu ia sayangi hingga hari ini.

“Mending lo pulang daripada mati di sini, biarin itu cewek buat keroyokan gue sama teman-teman gue,” ucap Samuel lagi, dan berhasil membuat Ares naik pitam.

Ares meludah, ia menyeringai begitu menyeramkan. “Lo nggak tahu apa-apa soal gue, jangan nilai gue seperti kecoa yang bisa lo injak sesuka hati. Nama gue Antares Gema!” Seketika Ares mengayunkan katananya lebih cepat ke arah mereka seraya berputar menggerakan besi tajam itu sekuat-kuatnya hingga merobek kulit orang-orang disekitarnya termasuk lengan Samuel—yang kini mengerang kesakitan.

“Gue laki-laki, dan gue akan buktikan omongan gue ini, Samuel!” Ares maju menghampiri Samuel yang sudah mengacungkan linggis ke arahnya, tapi remaja itu tak gentar, saat Samuel hendak memukul Ares dengan benda itu—empunya membungkuk dan merobek betis Samuel yang tertutup jeans menggunakan katanannya.

“Argh! Bangsat!” pekik Samuel yang tumbang merasakan sakit luar biasa.

Ares bergerak cepat memutar arah, dia melihat Imam yang siap dengan knuckle di tangannya—hendak memukul wajah Ares dengan benda itu, tapi dengan cepat Ares menggores panjang lengan kanan Imam hingga mendekati urat nadi, si empu memekik kesakitan.

Namun, setelahnya Ares kaku karena sebilah katana lain—yang bukan miliknya menembus punggung kirinya hingga bagian dada, ujung benda itu pun mengeluarkan darah pekat milik Ares yang kini tumbang ke selasar.

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang