••RENGGANG••

1K 91 11
                                    

Hanin Dhiya — Suatu saat nanti.

Itu lagu cocok banget buat Lala sama Ares, aku nulis chapter ini sambil dengerin itu. Jangan baper 💃💃

Happy reading ❤❤

Karena hanya kau luka terhebat yang mampu menyayat lebih dalam, saat orang-orang sibuk menambahnya—hanya kau yang paling paham.

Antares Gema—

•••

Gerimis, air langit sudah menyentuh selasar SMA Semesta pagi ini, banyak siswa yang baru datang langsung berlari menerobos orang-orang di koridor utama. Sepatu mereka yang basah turut serta meninggalkan jejak di atas keramik putih hingga terlihat sangat kotor, sedangkan beberapa lainnya sudah duduk di kelas masing-masing seraya menunggu bel berbunyi.

Lala tampak mengetuk pulpennya di permukaan meja berulang kali, terkadang bola matanya menatap ke jendela atau pintu—entah mencari apa, tapi ia seperti gelisah menunggu sesuatu. Deby belum datang, bisa dipastikan gadis itu kehujanan jika turun dari mobil nanti.

Lala beranjak menghampiri pintu kelas, terlihat kelas dua belas lainnya berlalu lalang di depan mata dengan seragam yang sedikit basah, untung Lala berangkat lebih pagi.

Saat kepalanya menoleh ke kiri, ia mendapati Ares yang juga baru datang. Remaja itu menggunakan boomber hitam seraya melangkah menunduk tanpa tahu jika Lala memperhatikannya.

“Ares!” seru Lala seraya berlari menghampiri temannya itu, tapi Ares tak menyahut. Alhasil Lala yang kesal memukul lengan kanan remaja itu dan membuat pemiliknya mengerang kesakitan.

“Sakit, La!” pekik Ares seraya memegangi lengannya, luka bekas perkelahiannya dengan Samuel semalam jelas masih basah.

Lala cemas, “Sakit? Sakit kenapa? Sini gue lihat.”

Ares tersenyum menatap wajah cantik itu, bagaimana akhir-akhir ini selalu memperhatikannya.

“Nggak apa-apa, gue bohong. Selamat April Mop!” Ares terbahak kencang, membuat beberapa orang yang melewati mereka lantas menoleh.

“Nggak lucu, Res!” Lala kesal dan memukul lagi lengan itu, tapi membuat Ares makin meringis, ia bohong karena tak ingin membuat Lala curiga kalau Ares berkelahi lagi, tapi Lala justru terus memancingnya. Mati-matian Ares menahan perih itu hingga bel menyelamatkan dirinya.

“Udah bel, La. Gue ke kelas dulu ya.”

“Oke.” Lala melambai tangan—membuat Ares melebarkan senyumnya.

Mau semua orang sayat gue pun rasanya impas kalau lo terus perhatian sama gue, La.

•••

“Ini badan apa sayuran sih, Res? Kenapa banyak banget sayatan gini,” celetuk Keanu yang sibuk menekan kapas setelah ditetesi obat merah pada luka robekan di lengan kanan Ares.

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang