••MASIH SAJA BEGINI••

1.1K 99 16
                                    

Yovie and Nuno — sakit hati.

Happy reading ❤❤

Masih saja begini, saat aku mendekat—kamu pergi. Masih saja begini, saat hati kembali patah setelah melihatmu benar tak peduli.

Antares Gema—

•••

Karena motornya yang tak mungkin kembali, alhasil berangkat sekolah akhirnya Lala diantar Ibra meski sepanjang jalan keduanya saling melempar ejekan, tetap saja Ibra mengantarkan adiknya hingga depan gerbang sekolah dengan selamat—bukan menenggelamkannya di Kali Ciliwung meski sudah sangat kesal. Bagaimanapun Lala adiknya, dan Fika yang melahirkan, perempuan pula—ia jadi ingat tak boleh galak pada Lala karena Tarra yang meminta, tapi jika kakak dan adik itu bertemu memang perang mulut tak bisa dihindari, ada saja ejekan yang terlontar dari bibir Ibra hingga Lala membalas ejekan lain tak kalah sengit.

Lala turun dan melepas helm warna merah yang biasa dipakai Tarra, dia memberikannya pada Ibra.

“Kutu rambut lo nggak ketinggalan di sini, ‘kan?” celetuk Ibra seraya mengoreksi bagian dalam helm.

Lala menatapnya datar, “Emang kapan gue punya kutu rambut, elo kali.”

“Nggak.”

“Udah ah, males gue lihat muka elo, nggak ganti jadi Shawn Mendes atau siapa gitu yang lebih fresh,” cibir Lala.

“Dosa lo, gini-gini gue tercipta karena usaha ayah sama bunda yang olahraga tiap—”

“Berisik! Gue nggak nanya Ibrani Al Hakim!” Lala melengos melewati gerbang.

“Dasar adik durhaka, salim dulu kek cium tangan gitu.” Ibra melajukan motornya menjauh dari SMA Semesta.

Lala melangkah sendirian di sepanjang koridor, hingga seseorang memeluk lehernya dari belakang—membuat Lala hampir tercekik, dan si pelaku hanya bisa memasang cengiran tak berdosa.

“Selamat pagi La Estrella yang cantiknya nggak habis-habis, udah gitu mirip sama gue,” celetuk Deby begitu berisik di telinga Lala.

“Elo kalau datang udah kayak apaan, budeg gue lama-lama, Deb.”

“Ya maaf, namanya juga orang lagi senang.” Deby memeluk lengan Lala, keduanya melanjutkan langkah di koridor utama. “Eh iya, kok tadi gue lihat Bang Ibra, emang lo diantar sama dia?”

“Iya, gue lagi kena musibah, Deb.”

“Musibah apaan? Kayaknya enggak banjir apalagi tsunami, deh.” Deby memasang wajah sok serius, ingin tahu.

Kesal, Lala menoyor kepala temannya. “Bukan itu, tapi motor gue dibakar orang.”

“Hah! Kok bisa!”

“Ah, tau ah. Tanyain aja sama rumput yang bergoyang.” Lala menurunkan tangan Deby yang masih menggelayut di lengannya, ia melengos begitu saja meninggalkan Deby yang diam seraya sibuk berpikir.

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang