••SEBUAH JEBAKAN••

995 92 17
                                    

Happy reading ❤❤

Saat ia sibuk menyelamatkanku dari sumur kegelapan, kamu justru menjerumuskanku hingga jurang terdalam.

—La Estrella—

•••

“Kenapa lo harus putus sama Faruk coba! Jadi, semua karena Ares, La?” tuduh Deby, sejak berangkat sekolah hanya itu yang Deby tanyakan pada Lala, dan gadis mantan ketua OSIS itu tak menjawab sama sekali, dia tak mengacuhkan pertanyaan Deby karena Lala masih kesal dengan fakta kalau Deby diam-diam menguntit dirinya untuk Faruk. Mungkin Lala memang egois karena belum bisa memaafkan Deby, seharusnya Deby lebih sadar diri kenapa Lala sampai seperti itu—padahal mereka tak pernah saling mendiamkan.

Lala terus melangkah menuruni anak tangga menuju koridor utama, sedangkan Deby terus mengekor di belakangnya seraya menunggu penjelasan.

“La, kenapa gue tanya malah diam aja sih? Lala!” Deby menarik lengan Lala sesampainya mereka tiba di koridor lantai dua. “Lo tuli apa gimana sih! Gue tuh tanya, tapi kenapa nggak dijawab?”

Lala menghela napas dalam-dalam, sungguh ia sangat menahan emosinya kali ini, Lala menyingkirkan tangan Deby dari lengannya.

“Maaf, Deb. Gue nggak pengin jawab,” ujar Lala sehalus mungkin.

“Kenapa nggak bisa jawab? Pasti bener ‘kan kalau karena Ares—lo jadi putusin si Faruk, kasihan dia, La.”

“Gue nggak pernah putusin dia, Faruk duluan yang minta dan gue iyain.”

“Mending lo balikan aja sama Faruk, La.”

Lala melihat ke arah lain, “Gue nggak mau, dia kasar.”

“Kasar gimana?”

“Mending lo tanya sendiri sama sepupu lo itu, Deb. Gue lagi males jawab pertanyaan—khususnya yang bikin mood gue hilang, maaf, Deb.” Lala melenggang pergi, tapi Deby tak mau putus asa untuk mendengar semuanya, ia kembali mengekor di belakang Lala hingga mereka tiba di koridor utama yang terlihat begitu ramai setelah bel pulang sekolah menjerit nyaring.

“Seenggaknya Faruk lebih baik dari Ares, La!” Lagi-lagi Deby menarik lengan Lala dan membuat si empu terpaksa menghentikan langkahnya.

“Apa lagi sih, Deb!” bentak Lala sedikit keras, tapi cukup membuat Deby mengerjap dan melepas cekalannya pada Lala.

“Kok lo jadi bentak-bentak gue, La? Segitunya lo belain Ares?”

Lala meraup wajahnya, “Gue nggak bela siapa-siapa, dan gue emang udah males mikirin pacar-pacaran lagi, mending Faruk cari cewek baru aja. Jangan gue.”

“Dia sukanya sama elo, La.”

“Tapi gue nggak suka dia.”

“Karena lo sukanya sama Ares, ‘kan?”

“Nggak! Udah ya gue capek ngomong sama lo, sekarang gue harus pulang dan banyak urusan yang musti gue kelarin.” Lala melenggang pergi lagi, kali ini Deby memilih diam seraya menatap punggung Lala yang kian jauh.

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang