••PACAR IBRA••

1.4K 112 8
                                    

Happy reading ❤❤

Hangat adalah ketika mampu menghargai perbedaan, mampu menutup kurang, mampu mengusap peluh, juga jadi sandaran saat ia membutuhkan.

•••

Malam yang tenang, Lala terlihat sibuk memakan sebungkus kacang atom seraya duduk di sofa cokelat yang menghadap ke arah televisi plasma di ruang keluarga, tapi yang ia tonton bukanlah gosip-gosip, berita politik apalagi sinet yang isinya manusia berebut harta lalu kena azab. Sesekali gadis itu tertawa menonton Bus kecil ramah yang disukai banyak anak kecil itu, Lala paling tak suka menonton tayangan macam-macam, bahkan tak setiap hari ia menonton televisi.

Sedangkan Fika sibuk di ruang kerjanya menghadapi setumpuk berkas yang harus selesai hari ini juga. Ibra tak ada, dia berkata akan menjemput kekasihnya untuk diperkenalkan kepada sang bunda karena Lala terus mengejeknya hanya berbual soal punya pacar, nyatanya belum pernah sekali saja Ibra membawa seorang gadis ke rumah, jadilah Lala julid terus beraksi.

Terdengar suara motor Ibra masuk ke halaman rumah, ia benar-benar membawa seorang gadis bertubuh mungil, bahkan helm yang dikenakannya terlihat kebesaran, tapi cukup menggemaskan.

Gadis itu turun juga dengan Ibra, ia melepas helm lantas merapikan rambut panjangnya, kini terlihat wajah innocent gadis yang dibawa Ibra.

"Udah siap 'kan ketemu bunda?" tanya Ibra memastikan, ia menggenggam tangan kekasihnya.

"Insyaallah."

Ibra menarik gadis itu masuk ke rumah, meski malam ternyata pintu masih terbuka lebar seolah mempersilakan siapa saja yang ingin masuk kecuali maling tentunya.

Ibra sedikit gugup, baru kali ini dia membawa seorang gadis ke rumah, bukan karena ia takut kena marah Fika, tapi bagaimana soal tanggapan mereka nantinya.

Ibra melihat Lala masih duduk menonton televisi, ia berdeham, tapi Lala enggan menoleh karena terlalu fokus dengan kartun yang isinya bus itu, bahkan sesekali tertawa, hal itu membuat kekasih Ibra mengulas senyum setelah melihat apa yang Lala tonton.

"La."

Tak ada jawaban, menoleh saja tidak.

"Lala."

Masih tak bergeming.

"LALA!!!"

Lala terkejut hingga kacang atom yang dipegangnya jatuh ke selasar dan berantakan, ia mengusap dada seraya beranjak memutar tubuh menatap manusia yang sudah mengusik waktunya nonton televisi.

"Apaan, Bang! Kalau jantung gue lari gimana! Kayak bisa kejar aja lo!" gerutu Lala, ia menatap gadis di sebelah Ibra. Kesan pertama yang Lala dapatkan dari gadis yang tingginya hampir sama dengan Lala adalah lugu, cantik, juga terlihat ramah. "Siapa? Pacar elo, Bang?"

Ibra mengangguk, "Gue dari tadi panggil elo karena mau kenalin dia. See, gue udah buktikan kalau gue punya pacar, 'kan?" Ibra menaikkan satu alisnya.

"Sebentar, jangan-jangan dia cuma lo suruh buat tipu gue sama bunda, iya, 'kan? Masa sih ada perempuan mau sama manusia sarkas kayak elo," cibir Lala tak yakin.

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang