••MULUT-MULUT BERBISA••

1.8K 157 16
                                    


Happy reading ❤❤

Karena yang sulit dikejar dan diperjuangkan, pasti jauh lebih berharga.

—Antares Gema—

•••

Sepanjang perjalanan menuju kelasnya, telinga Lala terus berdengung karena bisik-bisik orang lain yang terdengar mencacinya setelah kejadian di ruang OSIS beberapa hari yang lalu, Lala berusaha menulikan telinga, tapi suara mereka seperti alunan lagu yang sering didengarnya, makin lama ia makin risih.

Berusaha sabar, hanya itu yang ia perlukan, mereka semua tak berhak tahu apa pun yang terjadi antara dirinya dan Ares saat itu, lagipula mereka hanya berbicara—bukan melakukan sesuatu yang incest.

Tidak, Lala bukan gadis seperti itu, ia sejak lama sudah menyandang predikat good girl di SMA Semesta, hanya mulut-mulut berbisa yang sanggup mengatainya dengan hal-hal buruk, teman sekelas Lala mana mungkin berkata yang bukan-bukan soal dirinya, mereka sangat mengenal Lala.

Kali ini ia sudah tiba di lantai dua, tinggal menapaki tangga sekali lagi agar sampai di lantai tiga, ia merasa deja vu kala tiba di sana karena teringat Ares yang menggendongnya dan masuk ruang OSIS.

Lala hanya bisa menghela napas, ia terus melangkah dengan santai melewati beberapa siswi kelas sebelas yang sekadar duduk di depan atau berdiri di ambang pintu, tapi tatapan sinis mereka terus menghunjam Lala, andai Lala bisa membutakan matanya sekejap saja dan normal kembali setelah melewati mereka.

“Nggak nyangka, yah. Ketua OSIS kita ternyata kayak gitu, main terang-terangan.”

“Gue juga nggak ngerti, diam-diam menghanyutkan.”

“Harusnya cepat-cepat dicopot, tuh. Atau drop out sekalian dari sekolah.”

“Siapa sih yang nggak mau sama Kak Ares, tapi nggak gitu juga dong.”

“Bikin malu sekolah aja, jadi skandal sekolah, pengin famous pakai cara yang aneh.”

Beberapa hinaan itu terus menembus telinganya, Lala merasakan sakit jengkal demi jengkal ulu hatinya, mereka sok tahu! Sok mengurusi hidup orang lain!

Nggak usah dengerin mereka, Lala. Biarkan anjing menyalak, batin Lala menguatkan diri sendiri. Akhirnya ia menapaki tangga dan mengakhiri suara-suara menyedihkan itu.

Ia lega saat tiba di lantai tiga, bola matanya melihat pergerakan Gea beserta dua temannya yakni Sheila dan Cika, mereka terlihat menghampiri Lala dengan raut yang berbeda.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di wajah Lala pagi-pagi seperti ini, dia salah apa?

“Lo kenapa tampar gue, Ge?” Mata Lala nanar menatap Gea dan kedua temannya yang memasang senyum miring.

Gea berdecih, “Ternyata elo murahan juga ya, La. Selama ini kelabui anak satu sekolah sama sikap sok polos lo itu, nyatanya mau-mauan juga main sama cowok orang lain dan itu Ares—pacar gue!”

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang