••SIFAT ARES••

1.8K 147 33
                                    

Happy reading ❤❤

Tak ada yang lebih paham dirimu selain diri sendiri, diam dan berpikir adalah hal mudah untuk menemukan apa yang kau inginkan.

•••

“Keputusan gue udah bulat, kita putus, Ge.” Ares melangkah meninggalkan Gea, tapi gadis itu mengejarnya dan menarik tangan Ares, mereka menjadi tontonan di koridor lantai tiga.

“Ares! Kenapa segampang itu, gue salah apa?” Mata Gea berkaca, hampir menumpahkan hujannya.

“Alasannya? Gue bosen sama lo, apa waktu dua minggu buat jalan sama gue itu nggak cukup buat lo senang, hm?”

“Dua minggu, Res! Cuma dua minggu, apa yang bisa gue rasa dalam waktu sesingkat itu, siapa pacar lo yang baru, hah!” Gea mulai emosi dan tak terima.

Ares menurunkan tangan Gea dari lengannya, “Siapa pun cewek gue yang baru, bukan urusan lo. Lagi—” Ares mendekatkan bibirnya ke telinga Gea. “Makasih buat semua yang lo bagi buat gue, manis.”

Plak!

Ares tersenyum tipis menerima tamparan itu, “Nggak apa-apa, intinya jangan buat malu diri lo di depan banyak orang. Lo udah jadi tontonan lho.” Ares melenggang pergi meninggalkan Gea yang terus menyerukan namanya tanpa malu sedikit pun.

Begitulah Antares Gema, sosok yang mudah melambungkan—juga mudah menjatuhkan dalam satu kedipan mata, dan ia tak peduli bagaimana sakitnya mereka yang berhasil dijatuhkan olehnya, yang Ares tahu kodratnya laki-laki adalah untuk memilih, jika ia merasa tak cocok lagi ya tinggal buang saja seperti sampah, seolah menyembuhkan luka itu mudah. Padahal dia tahu patah hati itu apa—sejak mengenal Lala lagi, tapi Ares bersikukuh terus-terusan menyakiti hati orang lain, ia seolah kecanduan dengan perbuatannya.

Lagipula semua itu bukan salah Ares semata, lambang kelinci sudah disematkan, tapi kenapa gadis-gadis malang itu tetap menghampirinya seolah ia kelinci manis, padahal singa yang kelaparan.

Ia berjalan dengan santai masuk ke kelasnya, ada Malik dan Keanu yang sibuk dengan urusan masing-masing, jika Malik sibuk dengan game online-nya—sedangkan Keanu terlihat menelpon seseorang sembari sesekali melempar rayuan khas raja gombal, di antara mereka bertiga memang hanya Malik yang bisa dikatakan waras—yang setia dengan satu gadis saja.

“Habis ngapain lo lama amat,” celetuk Malik tanpa berpaling dari layar ponselnya.

Ares duduk di atas meja, lebih tepatnya di depan Malik yang duduk di kursinya.

“Habis putusin si Gea.”

Seketika Malik dan Keanu mengalihkan pandang dari kesibukan mereka, Keanu bahkan mematikan panggilan secara sepihak seolah baru mendengar kabar paling spektakuler.

“Putus lagi? Mau sampai tujuh turunan lo main-main kayak gitu?” cibir Malik, ia mendengkus.

“Namanya juga raja kelinci,” tambah Keanu. Ia beranjak dari kursinya lantas duduk di sebelah Malik. “Kapan lo mau berhenti, Res?”

“Ngapain? Bukannya lo juga suka mainin hati orang, ’kan? Kayak sepupu si Lala itu, siapa namanya.”

“Lisya,” sahut Keanu cepat, “lo berdua siap-siap aja kasih hadiahnya ke gue.”

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang