••BUTUH BANTUAN?••

1.5K 123 11
                                    

Mahadewi — Risalah hati.

Happy reading ❤❤

Dia datang sebagai penyembuh, dia mengaku sebagai amnesia atas rasa sakit masa lalu, dia itu—kamu.

—La Estrella—

•••

Lala melepas seat belt dan turun dari mobil hitam milik ibunya, mereka sudah tiba di area parkir sebuah mall ternama di Jakarta, Fika menarik tangan Lala saat gadis itu tengah melamunkan siapa orang yang sudah mengirim surat botol untuknya, seumur-umur baru kali ini Lala mendapat hal istimewa seperti itu, atau mungkin karena dia memang tak pernah mengenal lebih jauh seorang laki-laki. Baginya semua seperti Ibra—menyebalkan, sok cool dan sarkas. Lebih parah jika seperti Ares yang playboy, sok keren dan banyak hal lain yang Lala tak suka dari sosok itu.

Lala terus mengikuti langkah Fika di depannya, hari ini ada acara arisan teman-teman satu kantor khusus para karyawati, dan Fika ikut sebagai bukti rasa solidaritas terhadap teman satu kantor meski ia tak terlalu berminat dengan kocok-kocok berhadiah itu, Fika suka datang karena bisa berkumpul dengan teman-temannya di luar jadwal kantor yang super sibuk, paling jika istirahat—itu pun tak puas untuk bercakap banyak hal. Jadi, waktu luang seperti weekend kali ini paling pas untuk bersua.

Sedangkan Lala, jika bukan karena ia yang akan membeli banyak sneakers—ia tak mungkin ikut ke arisan yang isinya ibu-ibu kelas sosialita, bisa-bisa pusing mendengar percakapan mereka, untungnya ia sudah atur jadwal membiarkan ibunya ikut arisan, dan ia berbelanja sneakers sendirian.

Keduanya berbelok ke arah restoran sushi di lantai tiga, makanan kesukaan Lala—tapi ia menghindarinya demi tak bergabung dengan teman-teman Fika, Lala mengantar Fika hingga pintu masuk restoran.

“Kamu yakin nggak mau makan sushi dulu?” tawar Fika begitu menggiurkan.

“Ng ... Lala mau banget, Bun. Kayaknya nanti aja, deh,” tolak Lala dengan halus, “Bunda langsung masuk aja, pasti teman-teman Bunda udah nunggu.”

“Jangan lupa kalau udah selesai telepon Bunda, ya, atau balik ke sini.”

“Oke.”

Akhirnya Fika masuk ke resto itu, dan Lala bernapas lega, ia tak perlu repot-repot menyapa teman Fika satu per satu, bosan.

Lala melangkah sendirian menyusuri toko-toko di sekitar lantai tiga, ia sudah hapal letak toko sepatu yang biasa dikunjunginya.

•••

Ares begitu risih saat kedua tangan Riska terus bergelayut manja di lengannya, bahkan meletakan kepalanya di pundak Ares, meski sudah diturunkan berkali-kali sepertinya gadis itu memang kepala batu. Jika bukan karena permintaan ibunya agar Ares menemani Riska pergi, maka tak mungkin mereka berada di dalam mobil sport merah milik Fredy, pasti Ares memilih pergi nongkrong dengan Keanu dan Malik weekend seperti sekarang.

Banyak ocehan yang terlontar dari bibir Riska, tapi Ares enggan menanggapi dan memilih fokus pada jalanan yang mulai padat kendaraan dari arah yang sama.

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang