Selamat datang di chapter ending dan happy reading ❤❤
Inilah akhirnya, tentang kita yang kembali bersama menikmati masa-masa remaja. Inilah akhirnya, tiada lagi amarah yang tersisa setelah semuanya direnggut oleh bahagia.
•••
Seperti apa yang pernah Lala katakan beberapa waktu lalu kalau ia akan datang bertemu dengan keluarga Ares meski mereka pun sudah bertemu beberapa kali di rumah sakit, tapi kali ini tampak berbeda karena bukan hanya Lala yang datang—tapi juga Fika dan Ibra yang membawa Tarra, rencananya beberapa bulan lagi sepasang anak manusia itu akan segera bertunangan. Bukankah kabar yang baik?
Restoran tempat bertemunya dua keluarga itu terlihat sangat menarik, malam ini akan jadi malam bersejarah di mana Fika yang lama tak pernah menjumpai Fredy dan Iren akhirnya akan bertemu dalam keadaan yang berbeda. Selalu ingat kalau Fika sudah mengikhlaskan segalanya, kebutuhan dua anaknya jauh lebih penting ketimbang rasa ego yang tak akan ia kedepankan.
Lala menggenggam erat tangan Fika, sedangkan Ibra dan Tarra juga terlihat mesra. Mereka masuk ke dalam restoran menuju meja dengan nomor yang sudah diinformasikan oleh Ares, terlihat senyum mereka terukir saat melihat Ares dan keluarganya berdiri menyambut kehadiran keluarga Lala yang lama sekali tak pernah saling bersua, terakhir memang saat sebelum Ares pindah ke Bandung.
“Selamat malam Mbak Fika,” sapa Iren yang kini memeluk wanita itu, usia mereka terpaut dua tahun dan lebih tua Fika. “Saya senang akhirnya bisa ketemu Mbak Fika lagi, berapa tahun ya kita nggak ketemu?”
Fika mengurai pelukan itu, ia tersenyum menatap Iren yang selalu cantik seperti dulu.
“Alhamdulilah saya baik-baik aja, seperti yang kamu lihat sekarang ini. Makasih udah diundang buat dinner keluarga malam ini.”
“Iya dong, ‘kan ada yang gerutu terus kalau enggak diturutin gitu, Mbak.” Iren melirik Ares yang kini terlihat salah tingkah dan mengalihkan pandang. “Dia kalau ada maunya itu harus langsung dituruti kayak zaman bocah aja.”
Fika tertawa kecil mendengar penuturan itu, “Setiap anak pasti sama kok, Lala sama Ibra juga suka gitu.”
“Enggak dong, Ibra udah gede. Udah mau tunangan juga,” sela Ibra begitu bangga.
“Bullshit plus hoax, jangan pada percaya sama Bang Ibra, namanya musyrik,” cibir Lala meski berada di depan keluarga Ares, di mana pun tempatnya terasa tetap cocok untuk saling menghina dengan Ibra.
“Kena azab lo besok, La.” Ibra mendelik, tapi buru-buru disenggol oleh Tarra.
“Jangan kayak gitu, kayak anak kecil aja kamu,” cibir Tarra.
“Ya habisnya si Lala mancing duluan.” Ibra melihat ke arah Lala yang menjulurkan lidah tanda ejekan, gadis itu duduk di sisi Ares.
“Apa kabar Fika? Lama nggak jumpa.” Kali ini giliran Fredy yang menyapa dan Fika tersenyum membalas uluran tangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esperance (completed)
Acción"Aku bukan dermaga, tak usah berlalu-lalang." #91 teenfiction 6 Mei 2019 #51 fiksi remaja 6 Mei 2019 Lala tahu siapa Ares, remaja yang pernah jadi teman masa kecilnya semasa Ares tinggal di Jakarta hingga setelah lulus SD Ares terpaksa pindah ke Ban...