••FILOSOFI RASA ALA FARUK••

1.3K 105 16
                                    

Devano Danendra ft. Aisyah Aqilah —Teman Cintaku.

Happy reading ❤❤

Dia ibarat rangkaian puzzle yang harus kususun waktu demi waktu, hingga saat sempurna tiba adalah waktuku berhenti menunggu.

Faruk


•••

Hari ini Lala cukup disibukan dengan segudang kegiatan menghias aula sekolah, yang mana nantinya akan diadakan pentas seni sekaligus pergantian anggota OSIS serta struktur yang baru setelah beberapa hari lalu diadakan pemilihan ketua OSIS.

Semua anggota OSIS lama merapikan tempat itu juga melakukan gladi resik untuk esok hari, Lala kebagian berlatih pidato karena posisinya sebagai ketua OSIS akan segera lengser. Tak apa, ia bernapas lega jika benar-benar melepas tanggung jawab itu dari bahunya, setidaknya beban mulai berkurang. Tinggal ia fokus untuk segala hal yang berhubungan dengan ujian beberapa bulan lagi.

Anak-anak ekskul musik juga terlihat sibuk karena sekitar seminggu akan ada lomba nyanyi guna memperingati bulan bahasa dengan tema English Song, ia tahu jika Lisya mengikuti acara itu. Setidaknya Lisya punya kesibukan untuk melupakan patah hatinya, sejenak saja.

Teriakan nyaring bel sekolah membuat Lala benar-benar lega, akhirnya waktu yang melelahkan sudah berakhir—setidaknya untuk hari ini, karena besok rangkaian acara yang sesungguhnya benar-benar terjadi.

Lala melangkah di koridor bersama Deby, terlihat raut kelelahan di wajah Lala.

"Lo langsung pulang 'kan, La? Itu kayak capek banget," ujar Deby perhatian.

"Iya, tidur kayaknya enak banget ya." Lala berandai-andai.

"Mandi dulu, baru tidur. Jadi, enakan nantinya."

"Makan dulu, terus mandi, baru tidur." Mereka terkekeh sendiri.

Hingga tiba di tempat parkir dan keluar gerbang menaiki motornya, Lala dikejutkan dengan kehadiran Faruk yang entah sejak kapan sudah bertengger di motor hijaunya. Laki-laki itu tersenyum menatap Lala yang berhenti di dekatnya.

Kok gue sampai lupa sih kalau ada janji ke toko buku sama Faruk, batin Lala. Keduanya sama-sama turun, berbicara di sisi trotoar dan memberikan pemandangan berbeda untuk murid SMA Semesta. Mereka pasti berpikir kalau Lala dan Faruk memang berpacaran, buktinya Faruk repot-repot datang ke sekolah sekadar menjemput Lala—begitu yang mereka pikirkan.

"Hei," sapa Faruk menatap wajah Lala yang terlihat pucat juga bibir mengering, "lo lagi sakit?" Ia menempelkan punggung tangannya di kening Lala, sedikit demam memang. "Gue antar pulang ya?"

Lala menatap lekat mata itu, "Gue nggak kenapa-kenapa, kok."

"Jangan bohong, itu muka lo pucet. Kalau sakit jangan sekolah, kalau nggak bisa bikin surat biar gue yang buatin surat puitis buat wali kelas lo."

Esperance (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang