8

2.5K 254 26
                                    

Akhirnya namjoon kalah untuk kesekian kalinya, diruangan berwarna putih dan berbau obat-obat an menyengat ia terbaring disana.  Sejak ia membuka matanya kembali dan menemukan kembali kesadaran yang sempat terbelenggu waktu, ia cenderung lebih pendiam.  Hoseok,seokjin bahkan jungkook juga telah berusaha mendekati nya, namun sepertinya rasa kecewa namjoon pada dirinya sendiri lebih besar. Sehingga tanpa sadar dia mengacuhkan siapapun dan apapun yang terjadi di sekitarnya. Namjoon memilih diam bahkan memejamkan mata saat ada orang yang menunjukkan gesture mengajaknya berkomunikasi.

Dengan beberapa kabel aneh yang terpasang di dadanya dan masker oksigen yang menutup sebagian wajah namjoon, ia memang terlihat begitu lemah. Ia benci, sungguh sangat benci terlihat sangat lemah di depan kakak, adik bahkan orang tua nya. Apalagi saat melihat ibunya menatap sayu memandangi layar EKG yang memantau kinerja jantung nya.  Ingin rasanya ia berteriak dan memaki dirinya sendiri karena ia selalu membuat orang lain sedih.









Flashback

Setelah perginya seokjin dengan rasa kecewa dari kamar namjoon,  ayahnya lantas bergegas menuju ke kamar anak sulung nya tersebut.  Siapapun bangga pada sikap bijak tuan park. Ia dengan segala kebijaksanaannya mampu memahami kebutuhan anaknya satu dengan lainnya sekalipun berbeda. Seperti pada saat ini,ia mengerti bagaimana harus menyikapi keterpurukan namjoon dan mengatasi rasa kecewa seokjin.

"Jin, boleh papa masuk?" tanya tuan kim sambil mengetuk pintu kamar anaknya.

"Masuk pa,tidak dikunci" ucap seokjin dari dalam setelah beberapa saat sebelumnya terdiam tanpa menjawab.

"Bagaimana kuliahmu?" tanya tuan park sambil mendudukkan tubuhnya di samping seokjin yang sedang berbaring.

Setelahnya tuan park mengusap surai anaknya dengan sayang.  Jangan tanyakan kenapa ia tidak menghilangkan kebiasaan itu pada anak sulungnya, karena ia sendiri tidak tahu alasannya.Hanya saat mengusap surai anak-anaknya,ia seperti ingin berusaha menenangkan anaknya.

"mungkin dua bulan kedepan aku akan menerima sumpah dokter pa.. Kuharap papa eomma dan dongsaeng-deul bisa mendampingi disana" ucap seokjin sambil menatap sang ayah. 

Ayahnya lalu tersenyum tulus sambil menepuk bahu lebar anaknya.

"papa bangga padamu nak,"

"terimakasih pa..ini semua berkat eomma papa dan dongsaeng-deul juga"

"Hmm mengenai joonie.." ucap tuan park hati-hati.

"tidak apa,pa. Aku hanya sedikit kesal padanya.Aku hanya tidak ingin melihat namjoon terpuruk karena dua orang tak bertanggung jawab itu dan saat ia membicarakan kematian,-"

"Aku takut pa.." ucap seokjin parau sambil memukul sesak di dada.

Tuan park lantas menghentikan gerakan anaknya,dan mengangkat dagu anaknya yang sempat tertunduk.

"Seokjin,kau anak papa yang paling kuat,paling bijak dan paling mengerti kami semua,-" ucap tuan park sambil mengusap lengan anaknya dengan lembut.

"Nak,kau tahu kan bahwa namjoon begitu sensitif pada masa lalunya, sedalam apapun kenangan kita kubur namun tetap saja rasa percaya  yang telah terkhianati akan menjadi boomerang bagi namjoon"

"Papa tahu betul bahwa perkataan joonie tadi adalah tameng untuk menutupi kerapuhannya, papa harap kau mengerti seokjin. Dan juga sejujurnya papa tahu selama ini joonie  ia masih menharapkan kakaknya kembali.-"

"tugas kita sekarang adalah menjadi kaki dan tangan namjoon untuk bangkit dari segala derita yang telah ia pikul selama ini,-"

"Jangan menyerah jin, papa percaya kamu pasti mengerti maksud papa"

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang