27

1.4K 198 26
                                    

Beberapa minggu berlalu, agaknya namjoon sudah mulai menikmati keadaannya disini. Ia tak lagi terobsesi untuk membuat kakaknya mengingat lagi siapa ia sebenarnya,  ia hanya sedang menunggu waktu yang semakin dekat akhirnya. Ya, ia sadar betul akan itu, tubuhnya semakin hari semakin tak baik, dan ia tak mau membuat luka lagi untuk kakaknya.  Jadi inilah akhirnya, ia berhenti melangkah, menunggu keluarga angkatnya membawa nya kembali ke pelukan. Bukan ia menyerah, ia hanya sadar betul keberadaannya disini tak diharapkan oleh siapapun.
"Memikirkan apa?-"tepukan paman seo agaknya membuat namjoon terkejut.

"Astagaa!! Paman, kau membuatku benar-benar hampir serangan jantung-" paman seo tertawa keras, berusaha menghilangkan raut khawatirnya pada tuan muda nya ini.

"jangan melamun terus, apa kau baru saja diputuskan pacarmu?-" ledek paman seo sesaat setelah menghentikan tawanya.

"Aku bahkan tak memiliki kekasih sejak lahir paman-" namjoon berpura-pura beratap sambil mencabuti beberapa rumput di sisi kebun belakang.

Tingkah lucu namjoon tentu saja merupakan hiburan sendiri untuk seo.  Jadi tanpa menunggu lama ia mengusak rambut blonde namjoon lantas membawa tubuhnya kembali berdiri.

"Ayo temani paman mencuci mobil, tuan kim sekarang sedang tidak enak badan jadi mobil nya tidak digunakan dikantor-"

"Appa sakit?-" tanya namjoon agak panik, membuat paman seo sedikit tergagap, seharusnya tadi tidak usah memberi tahu namjoon saja.

"Ah,  itu.  Iya tuan kim agak demam,  karena kurang istirahat sepertinya.  Kau ingin melihatnya dulu?-" tanya paman seo lantas dibalas anggukan kecil namjoon.

"Jangan ragu, kesanalah dulu nanti baru bantu paman.  Oh ya, minta juga makanan pada bibi hwang untuk dibawa ke tuan kim.  Mengerti?-" namjoon mengerjap antusias lantas bergegas menuju dapur demi menemukan presensi sang bibi.














"Lakukan sesuai perintahku tae, kau ikuti semua alur permainan yoongi.  Sementara aku akan terus memantau rencana ayahmu-"

"Baik lah jim,kumohon buat ibuku senyaman mungkin disana. Jangan sampai ayahku menyakitinya lagi-"

"Aku jamin tidak akan. Ayahmu tak seburuk yang kau pikir tae--sudah sana pergi dan awasi yoongi.  Sesekali kau boleh potret namjoon supaya aku bisa memberikan laporan juga pada orang itu-"

























.

Namjoon memasuki ruang kamar milik ayah dan ibunya dulu. Sesekali matanya menelisik memerhatikan interior yang banyak berubah.  Mungkin ayah nya hanya tidak ingin hidup diantara bayang-bayang ibunya. Setelah meletakkan semangkuk bubur hangat dan susu, ia bergegas keluar sebelum berhenti mematung saat sang ayah memanggil namanya.

"apa kau tidak dengar namjoon?-" untuk kesekian kali namseok memanggil nama namjoon.

"I..iya tuan. Mmaafkan saya-" namjoon berbalik badan dan tertunduk mendekat ke sang ayah.

"Ambilkan bubur itu dan suapi aku-" ucap namseok membuat namjoon membulatkan mata tak percaya.

"Ssuapi ya tuan--iyya tuan sebentar"dengan tergagap namjoon mengambil beberapa peralatan makan yang ada di nakas.

Namseok membuka mulutnya menerima suapan dari tangan gemetar namjoon. Bahkan sejak tadi ada beberapa tetes bubur yang tumpah di selimutnya, namun ia hanya diam saja. Ia cukup tahu bagaimana perasaan namjoon saat ini, jadi yang ia ingin hanya membuat namjoon sedikit nyaman.

"Sudah-"namseok menghentikan suapan namjoon kala sudah mencapai suapan yang ke sepuluh.

"I..iya tuan-" namjoon dengan cekatan mengambil air minum dan memberikannya pada sang ayah.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang