Jadi bagaimana suster, apakah saya diizinkan untuk mengambil hak asuh namjoon?"
"Namjoon sudah saya anggap sebagai putra saya sendiri dan suster bisa lihat bagaimana putra-putra ku begitu menyayangi namjoon" dr.Park dan suster kepala mengalihkan pandangan kepada tiga anak laki-laki yang berada di sisi kiri dan kanan tempat tidur namjoon."Pelan-pelan sayang, apa masih terasa pusing?" tanya tuan kim saat menuntun yoongi masuk ke apartemen nya.
"Tidak,appa.."
"..aku baik-baik saja" ucapnya sambil memandang wajah ayahnya.
"baiklah,setelah masuk kamar kau beristirahatlah. Appa akan keluar sebentar untuk mengurus kepindahan kita" tutur tuan kim setelah mendudukkan yoongi di tempat tidur miliknya.
Setelahnya tuan kim bergegas pergi menemui sekretarisnya untuk mengurus kepindahannya. Keputusannya sudah bulat,ia akan meninggalkan seoul agar ia dan yoongi tak pernah bertemu namjoon lagi. Sesaat ia berbelok arah menuju rumah duka untuk berpamitan pada istrinya. Saat ia memandang foto dalam kotak tersebut,luka nya seakan semakin terbuka dan merutuk namjoon sebagai dalang semua permasalahannya. Maka setelahnya, ia semakin yakin membawa yoongi untuk pergi dari kota ini.
"Namjoonie, hoseoki..hyung pulang. Kalian dimana?" teriak seokjin saat ia memasukin rumah nya.
"yung..!! Kookie tidak dicari?" ucap jungkook berlari menubrukkan diri kepada seokjin.
"Kookie awas.. "
Brukk"Omo.. Kookie ada di rumah? Tidak ikut eomma?" histeris seokjin saat badan gempal jungkook rubuh diatasnya.
"yung.. yung bawa apa? Kookie mau.. " ucapnya mengabaikan pertanyaan retoris kakaknya, sambil berusaha menggapai coklat di genggaman kakaknya.
"No..No.."
"Nanti gigi kookie habis jika makam coklat. Kookie mau?" ucapnya sambil mengangkat badan gembul adiknya dan menggendongnya menuju kamar atas."gigi habis? Nanti gigi kookie ompong yung?" tanya nya dengan mata polosnya yang membulat sempurna memandang seokjin antusias.
"Yaa..Benar itu. Nanti gigi mu akan habis lalu tiap malam kau pasti memanggil eomma"
"eomma sakit eomma"secara berlebihan seokjin mempraktekkan teriakan agar jungkook takut dan tidak meminta coklatnya.
"begitu, kau mau?" tanya seokjin sekali lagi.
"tak yung, tak mau yung" ucapnya ketakutan sambil menggeleng kencang mendengar drama murahan seokjin.
Sedangkan seokjin hanya tertawa dan bersorak dalam hati karena bisa mengelabuhi adiknya. Dalam hati ia juga memohon maaf pada Tuhan,karena ia membohongi adiknya.
"Oh dimana namjoonie dan hoseoki hyung, kookie?" tanya seokjin mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ngg.. kamar yung, joonie yung nanis tadi yung.. Lalu..lalu seoki yung kejar-kejar joonie yung ke sana"jelasnya pada seokjin dengan menggebu-gebu sambil menunjuk ruangan kamar namjoon.
Sedangkan seokjin menghela nafas berat. Ia dan ibunya tahu betul bahwa namjoon masih sulit sekali terbuka pada mereka. Yang sering mereka tahu hanya di kamar suara tangis namjoon sering sekali terdengar. Maka ibunya memohon pada seokjin agar ia mampu membuat namjoon merasa lebih baik. Ia sendiri tanpa ibunya meminta pasti akan mencurahkan kasih sayangnya kepada adik-adiknya tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
"baiklah jagoan hyung, sekarang kau mandi dulu karena kau bau sekali"
"uee.. bau yung" dengan polos jungkook mengangkat ketiaknya,dan lalu menciumnya.
Setelahnya jungkook berusaha untuk turun dari gendongan sang kakak dan lalu berlari menuju sang ahjuma.
"ahjuma.. Kookie bau ueee.. Mandi mandi ahjumaa...!!" teriaknya heboh sambil berlari membuat diapers yang dikenakan jungkook bergerak ke kiri dan kanan. Bibi yang sudah menunggu di depan kamar jungkook hanya tertawa melihat tingkah anak asuhnya.
Setelahnya seokjin mulai beranjak menuju kamar namjoon. Di depan kamar ia bersandar sambil mendengar obrolan hoseok dan namjoon yang terdengar masih menangis sesenggukan.
"..sekarang hyung tanya, namjoonie kenapa masih menangis? Ceritakan siapa yang mengatai mu?" ucap hoseok sambil mengusap air mata namjoon.
"..." namjoon yang masih menangis hanya menggeleng tanda tidak mau mengakui.
"Dengar kan hyung, kau itu bukan pembunuh. Namjoonie anak baik. Dan juga kau anak papa dan eomma,selamanya adalah adikku, kau harus ingat itu" setelahnya hoseok menarik namjoon kedalam pelukannya.
Sedangkan di depan pintu nyonya park atau dr.park dan seokjin sudah melihat momen mengharukan tersebut. Mereka bangga pada hoseok yang dengan besar hati mampu menerima namjoon sebagai adiknya. Setelahnya dr.Park meminta seokjin untuk masuk dan menyerahkan coklat yang telah ia genggam sebelumnya.
Dikamar, dr.Park begitu terngiang oleh kata-kata hoseok bahwa namjoon dicemooh oleh teman-teman nya dan dituduh sebagai pembunuh. Ia bukan lah dokter yang tidak mengerti tentang psikologi anak, sehingga ia merasa takut namjoon merasa tertekan karena masalah tersebut. Mungkin, ia akan mencoba berkonsultasi pada ahli nya agar permasalahan ini mendapat jalan keluar.
Didalam kamar, tepatnya di bawah selimut.Namjoon menangis mengingat janji kakaknya.
"Hiks hiks.. Gi hyung.." ucap namjoon sesenggukan.
"Katanya hyung mau jemput joonie hiks.."
"..joonie sudah tidak nakal hyung.Kapan hiks...kapan hyung jemput joonie.."ucapnya dibalik selimut yang bergetar.
"Sstt..Jangan menangis lagi sayang" suara berat serta usapan halus dibalik selimut nya membuat namjoon terkejut.
"Papa" ucap namjoon sesaat setelah ia menyibak selimutnya.
"Iya sayang,ini papa. Kenapa menangis, hmm?" sedangkan yang ditanya hanya menggelengkan kepala sambil menunduk.
Tuan park berpikir bagaimana anak sekecil ini begitu tertutup pada permasalahannya. Ia juga istrinya hanya takut bahwa hal tersebut akan berpengaruh pada kesehatan namjoon.
"Sini peluk papa.."
"Hiks.. Hiks.. " tangisnya sesaat setelah merasakan pelukan hangat ayah angkatnya.
"Haloo yoongi hyung..." sapa anak kecil yang ada di balik punggung orang besar di depannya.
Tbc
Halloo...
Balik lagi sama veve disini
Please like and comment.
Boleh banget yang mau kasih usul ide atau masukan apapun. Kritik dan saran veve terima dengan senang hati.
Sekali lagi jangan lupa klik bintang di kiri bawah serta comment apapun yang kalian rasakan ya.Flying kiss from veve. 😘😘😘
Saranghae
💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me
FanfictionTuduhan yang tidak mendasar sejak 10 tahun lalu menjadi titik balik kehidupannya. Hanya satu harapan hidupnya, sang kakak. Namun, Tuhan menarik ulur takdirnya. Menciptakan lika-liku hidup. Hingga akhirnya dia menyerah, sang penuduh datang denga...