20

1.7K 240 30
                                    

Namjoon mengayun kakinya seirama dengan deburan ombak yang sedikit menabrak hingga membuat ujung celananya basah. Baru saja ia selesai mencari kepiting untuk ia lepaskan kembali lagi, kakak dan adiknya sedang pergi membeli baju ganti di toko dekat pantai, sedang ibunya pergi ke mobil untuk mengambilkan sweater untuknya.  Namjoon masih memejamkan mata menikmati deburan ombak serta semilir angin sore hari di pantai membuatnya sejenak lupa akan masalah yang selama ini melilit pikirannya. Namjoon tersentak saat seseorang dengan lembut mengusak rambutnya dan duduk di sampingnya.

"Senang?" tanya tuan park sambil menyibak anak rambut di dahi anaknya.

"sangat pa, terimakasih-" namjoon mengalihkan pandangan nya lurus ke arah laut senja.

"namjoon-ah, jangan pernah lupakan papa, oke?" namjoon terheran, atas sebab apa ia melupakan ayah yang selama ini memberinya begitu banyak cinta dan kasih. Belum saja ia terealisasi menanyakan keheranannya, ayahnya sudah memberinya pernyataan yang entah harus ia syukuri atau ia sesali.

"Papa akan mengantarmu bertemu ayah kandungmu minggu depan, papa sudah bertemu dengannya kemarin-" namjoon melebarkan matanya, ia pikir ini hanya mimpi yang tak mungkin diwujudkan, namun nyatanya tidak.

Dengan memainkan tangannya resah, namjoon menatap ayahnya dalam.  "Yoongi hyung...aku bisa bertemu dengannya?-" ayahnya hanya mengangguki pertanyaan namjoon.

"Apapun untukmu nak, yang terpenting kau harus sehat selalu-"

"Tapi hyung-" tuan park mengerti siapa yang namjoon maksud sekarang, hoseok adalah yang paling keras diantara yang lain,dan ini akan menjadi tanggung jawabnya.

"Papa akan jelaskan pada hoseok hyung, yang terpenting namjoon harus sehat selalu jika berada dengan appa kim-"

"Papa beri waktu satu bulan untuk bersama appa kim, setelah itu kita harus pergi untuk menghadiri acara sumpah jabatan seokjin hyung-" apapun, yang terpenting ia bisa bertemu dengan ayah dan kakak kandungnya itu tak masalah.


















"Hoseok-ah mengertilah-" seokjin berusaha berbicara dengan kepala dingin dengan hoseok.

"Apa? Apa yang harus aku mengerti?! Namjoon tidak disini berarti sesuatu yang buruk bisa saja terjadi-"hoseok takut, sebenarnya ia begitu takut jika firasatnya kemarin benar-benar menjadi kenyatan

"Tidak akan seok-ah,  itu tidak mung-"

"Itu mungkin eomma!! Eomma lupa siapa yang dengan tega membuang namjoon selama ini?! Eomma pasti ingat kan?!"hoseok berapi-api, sungguh ia benci sekali dengan pokok pembicaraan hari ini.

"Hoseok, jaga bicaramu!" hoseok terdiam setelah disentak oleh ayahnya

"Ini untuk kebaikan namjoon, nak" tuan park berusaha berbicara baik-baik dengan hoseok.

Hoseok menggeleng kepala nya keras, jelas ia menentang keputusan ayahnya.  Apapun alasannya,menurutnya jika namjoon tidak didekatnya itu sama saja membawa namjoon ke jurang berbahaya.  Hoseok itu kakak namjoon, bahkan hoseok berani bertaruh bahwa yang lebih mengerti namjoon adalah ia dibanding yang lain. Maka ketika ayahnya membuat keputusan,hoseok merasa ayahnya terlalu gegabah dan tak memikirkan dampak bagi yang lain. Sekeras apapun seokjin dan ayahnya menjelaskan, hoseok tetap berpikir bahwa keputusan ini benar-benar salah.  Dengan debuman keras pintu ruang kerja tuan park tertutup, nyonya park sudah mengusap wajah kasar dan tuan park yang sudah memijit dahinya pusing. Hoseok adalah yang tersulit di taklukkan. Sedang diluar pintu namjoon yang baru saja pulang menatap kakaknya heran yang membanting pintu ruang kerja ayahnya dengan keras

"Hyung kenapa?" namjoon mencekal tangan kakaknya yang hendak berlalu dari hadapannya.

"..." hoseok berusaha tak mendengar perkataan namjoon dan melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang