Jeno terus memerhatikan perempuan di depannya. Perempuan itu sedang dipakaikan make up oleh wanita-wanita yang tidak ia ketahui namanya. Bibirnya melengkung ke atas ketika mendengar ocehan yang keluar dari mulut perempuan itu. Mulai dari,
"Ih mbak, ini foundationnya ketebelan, aku gak suka!"
Atau.
"Lipsticknya merah banget, yang nikah itu kak Mark bukan aku, ganti ah ganti."
Pria yang duduk bersender di kasur Queen size lengkap dengan tuxedo biru donker hanya menggelengkan kepalanya. Ia tak paham dengan benda-benda yang disebutkan oleh Siyeon, foundation? Maskara? Ntahlah.
"Aku mau pake softlense yang warna biru."
Dan wanita yang bertugas untuk merias Siyeon hanya mengangguk lalu mengambil softlense permintaan perempuan ini.
"Gak usah!"
Mereka yang berada disitu berbalik menghadap ke asal suara. kecuali Siyeon, perempuan itu hanya menatap dari pantulan cermin pria yang berdiri tepat di belakangnya dengan tatapan kesal.
"Gue mau make softlense biru, Lee Jeno." Ulang Siyeon.
Jeno menghela nafas pelan, ia memutar kursi yang diduduki oleh Siyeon, membungkukkan badannya. Ia mengambil tissue yang berada di meja rias, mengelap lipstick Siyeon yang menurutnya terlalu tebal.
"Ih kok malah dihapus sih? Itu udah pas tau!" Siyeon hendak mengambil lipstick namun dihentikan oleh Jeno.
"Gak usah!" cegah Jeno.
"Gak mau, nanti pucet!" Tukas Siyeon. Jeno memincingkan matanya, pucat bagaimana?
Pria itu menatap kedua manik Siyeon, membuat yang ditatap menahan kegugupannya agar tidak terlihat dengan jelas.
Siyeon menyerah, ia membuang mukanya ke arah kanan. "Apaan sih!" Protes Siyeon yang salah tingkah karena tatapan pria ini.
Sedangkan pria itu hanya menyeringai, membenarkan posisi berdirinya dan menggenggam tangan Siyeon.
"Ayo berangkat, hampir telat!"
"Bentarrrrr, softlense doang!" Bujuk Siyeon.
Jeno menggelengkan kepalanya tegas, softlense tidak baik untuk mata, dan ia itu tak mau jika Siyeon sakit.
"Gak usah pake softlense, Lo udah cantik."
Setelah itu Jeno menarik tangan Siyeon untuk keluar dari kamar yang didesain seperti kamar milik putri di sebuah istana. Dan sekarang, rasanya Siyeon ingin mencakar mulut pria yang berjalan di sampingnya, karena sudah membuat jantung kesayangannya bekerja dua kali dari biasanya.
Ini yang ketiga, yang ketiga kali Jeno mengatakan bahwa ia cantik. Hanya tiga kali selama hampir 4 tahun ini. Ketika acara perpisahan 3 tahun lalu, acara pertemuan antar rekan kerja orangtuanya, dan sekarang.
"Jeno!" Panggil Siyeon saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Jeno hanya berdehem lalu melajukan mobilnya.
"Ah gak jadi lah," ujar Siyeon yang sudah badmood duluan sebelum mengatakan apa yang tadi ingin ia katakan kepada Pria yang duduk disampingnya ini.
"Ya."
Siyeon mendengus tak suka. Jeno saja selalu seperti ini, ya bukan salahnya memberitau pria itu jika ia menyukai pria lain, toh Jeno juga tak perduli. Bagi Siyeon, Lee Jeno itu pria urutan nomor 1 dengan ketidak pekaannya. Ia juga ingin diperlakukan seperti perempuan lainnya, yang selalu mendapatkan perlakuan manis dari pacarnya.
Ralat, tunangannya.
Seperti, menonton film ketika bosan, memakaikan pasangannya make up, kencan di hari libur, ataupun saling menelfon dengan waktu yang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔
Fanfiction[Sequel of Bullying Renjun] [COMPLETED] Ini bukan sebuah cinta segitiga, jauh dari itu, melibatkan lebih dari 5 perasaan dan 3 posisi yang tidak ditempati sesuai aturan. "Tolong jangan mencipta tali yang lebih rumit lagi, Huang Renjun." #strawberric...