You dont know how much you love someone until you see them in their weakness that they feel their heart is broken into pieces, then they choose to give up, and fall in love with someone else.
—Happy reading fellas!
Wanita bersurai sebahu itu menarik napas dalam-dalam, jemarinya bergerak memegang bunga yang tadi ia beli sebelum ke tempat ini. Netranya menatap langit yang semakin menggelap lantas memakai tasnya dan turun dari mobil ini.
Kaki jenjangnya melangkah, memasuki bangunan di depan, ditatapnya sepatu yang bergerak bersusulan. Wanita itu meyakinkan dirinya bahwa tidak boleh ada tangis saat ia menemui bunda. Karena bunda tidak pernah suka Saeron menangis.
Saeron menengadah dan ia sangat terkejut mendapati keberadaan Renjun di tempat ini. Hatinya kembali sesak kala manik cokelatnya beradu dengan manik pria Huang itu. Keduanya dengan segera mengalihkan fokus karena, mulai dari beberapa menit lalu, Huang Renjun dan Kim Saeron tidak saling kenal.
Walau hati menolak semua itu, ingin sekali mendekat, kemudian mendekap Saeron erat. Sangat erat, seolah-olah tidak akan membiarkan Saeron pergi dari radarnya. Meminta maaf sebanyak-banyaknya serta memperbaiki semua ini. Meminta untuk mulai dari awal, maksudnya menjalankan semuanya dan mengabaikan keberadaan wanita lain karena Renjun sedang mengusahakan pembatalan ini.
Dadanya terasa sesak. Ini sangat menyakitkan, melihat orang yang kau cintai berada di titik terlemahnya. Sekarang ia benar-benar tahu jika selama ini nama yang mengisi hatinya sebagai wanita adalah Kim Saeron. Sedangkan Ning Yizhuo hanya sebagai adik. Renjun menyumpahi dirinya yang terlalu bodoh dan lambat dalam menyadari perbedaan diantara dua wanita itu. Rasanya ia ingin mencuri mesin waktu dan memperbaiki semua kebodohannya, tetapi itu sangat mustahil. Semuanya sudah membentuk takdir yang telah disusun oleh Tuhan.
Benar kata orang-orang, everything starts with little crush and ends with a lot of tears. Karena di sini lah Renjun berada, berdiri di luar krematum, menatap Saeron yang meringsut di depan abu orangtuanya.
Saeron menunduk, mengucapkan kata maaf berkali-kali. Karena ia telah datang dengan tangisnya dan juga telah menjadi orang jahat di kehidupan Ninging. Tetesan demi tetesan jatuh memberikan jejak pada ubin ini, isakannya mengisi kesunyian, tidak peduli seberapa dinginnya angin malam dan seberapa lelahnya ia menangis.
Maniknya menatap kabur bunga yang ia taruh di samping mawar putih dekat abu orangtuanya.
Ia tahu siapa pemberi bunga cantik itu, karena Renjun selalu membawakan orangtuanya mawar putih, saat ia meminta tolong untuk mengantarnya ke krematum. Tangisnya semakin kencang, ini sangat menyakitkan, saat tahu bahwa pria Huang itu masih peduli pada sesuatu yang berkaitan dengannya.
"Bunda... Maaf, Saeron udah jadi orang jahat..." Lirihnya meremas ujung bajunya kuat-kuat.
"Kamu bukan orang jahat."
Saeron menengadah, kemudian memeluk orang itu saat orang itu berjongkok di sampingnya. Saeron menenggelamkan wajahnya, menumpahkan semua airmatanya di pelukan kakak. Iya, itu Yeri. Yeri mengelus bahu Saeron yang bergetar hebat.
"Kamu bukan orang jahat, Kim Saeron. Kamu baik, terlalu baik..." Bisiknya.
Saeron menggeleng masih dengan tangisnya, "Unni, sakit..." Gumamnya disela-sela tangis, ia meremas baju Yeri kuat.
Dari sini Yeri tahu jika adiknya merasa sakit bukan main, rasa sakit yang paling dibenci oleh hampir semua manusia. Itu membuat Yeri ikut merasakan bersalah karena merasa tidak becus menjadi kakak dan juga tidak becus untuk melindungi sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔
Fanfiction[Sequel of Bullying Renjun] [COMPLETED] Ini bukan sebuah cinta segitiga, jauh dari itu, melibatkan lebih dari 5 perasaan dan 3 posisi yang tidak ditempati sesuai aturan. "Tolong jangan mencipta tali yang lebih rumit lagi, Huang Renjun." #strawberric...