Bab 14 (bagian 2)

8.9K 1.3K 489
                                    

Cepet banget ya 50 komentarnya, hdhdhsh tau gitu 100 biar updatenya lama. G

So what? ENJOOOOOY pete.dua


19.56

Gelapnya langit menyelimuti kota Seoul, ditambah hujan yang mengguyur kota ini, membuat wanita bersurai sebahu itu menaikkan suhu agar terasa lebih hangat. Wanita itu, Siyeon, memberanikan diri untuk berjalan menuju dapur dan membuat cokelat hangat.

"Oke, Siyeon. Lo udah gede, gak usah takut sama hal-hal yang bahkan gak bisa lo lihat pake mata telanjang."

Siyeon berusaha menenangkan dirinya, menepis pikirannya tentang makhluk-makhluk tak kasat mata. Tangannya yang memegang sendok ia gunakan untuk mengaduk cokelat hangat di cangkir putih. Setelah itu, kakinya melangkah untuk kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Siyeon mengambil laptopnya, sepertinya menonton drama tidak ada salahnya. Begitu pikirnya.

Handphonenya berdering, wanita itu mencari keberadaan benda pipih yang ternyata berada di bawah bantalnya. Alisnya menukik begitu mengetahui seseorang yang menelfonnya tidak lain adalah satpam ruamahnya sendiri.

"Hallo, kenapa, Pak?" Tanya Siyeon ke orang di sebrang sana.

"Mm... maaf non, saya boleh pulang gak? Soalnya hujannya deres banget, istri saya laporan kalau rumah saya bocor, saya takut istri sama anak saya kenapa-napa kalau saya tinggal sendiri."

Siyeon bisa mendengar nada khawatir dari satpamnya itu, "O-oh, yaudah pak. Pulang aja, kasian keluarga bapak juga kalau bapak gak cepet-cepet pulang."

Wanita itu menggigit bibir bawahnya, genggamannya pada handphone menguat. Siyeon mengangkat wajahnya, menahan air matanya yang sudah membendung dan siap untuk jatuh kapan saja. Siyeon iri, sangat. Wanita itu iri mendengar bagaimana nada kekhawatiran yang keluar dari mulut pak satpam tentang anaknya. Bahkan dari kemarin, Papah belum menelfon dirinya. Baru Mama, dan Siyeon ingin mendengar suara Ayah kandungnya itu.

"Non Siyeon gak pa-pa saya tinggal sendirian? Apa mau saya telfonin bibi?" Tanya suara di sebrang sana.

Siyeon tetap menggeleng walau ia tahu jika pak satpam tak akan bisa melihatnya, air matanya jatuh ketika ia menggelengkan kepalanya.

"Gak usah, Pak. Bibi juga lagi ada acara keluarga. Bapak pulang aja, gak usah mikirin Siyeon, Siyeon udah gede, tau. Cepetan ih, kasian itu udah ditungguin."

Siyeon mendengar kekehan dari sebrang sana, "Halah, Non Siyeon masih keliatan kayak anak Sd yang saya temuin di belakang rumah sambil nangis. Yaudah saya duluan ya Non, kalau ada apa-apa telfon aja."

"Hm,"

Sambungan terputus. Siyeon menghapus air matanya, ia tersenyum mengingat kejadian itu. Waktu itu ia menangis karena papanya tidak bisa ikut untuk mengambil hasil ujian sekolah. Memag terlihat spele, tapi Siyeon ingin seperti teman-temannya. Siyeon kecil yang kesal pun memilih meninggalkan sesi makan siang, ia berlari ke belakang rumah.

Pertanyaan yang dari dulu selalu menghantuinya adalah, kenapa papahnya sangat sibuk? Dan bahkan sampai sekarang pertanyaan itu terus berputar-putar di kepaanya. Dulu, Pak satpam rumahnya yang tengah berkeliling halaman rumah, menemukan Siyeon. Membujuk Siyeon kecil agar tidak menangis lagi. Memberi tahu pada Siyeon kecil jika ia punya pak satpam, pak supir yang ia panggil dengan Pak Dadang, bibi bersih-bersih, bibi masak, dan bibi taman yang bisa menjadi teman Siyeon kapan saja. Sampai akhirnya pria itu memberikan Siyeon permen agar Siyeon mau kembali ke dalam rumahnga.

"Ah udahlah, udah lama juga." Siyeon meminum cokelat hangatnya, menepis perasaan yang sangat ia benci. Wanita itu terus-terusan meyakinkan dirinya bahwa ia tidak boleh menumpahkan air matanya.

[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang