kalo komentar sama votenya banyak, bagian ke 2-nya aku up cepet-cepet.
So what? ENJOY!
Siyeon bersiul, membuka pintu café milik Saeron, menyapa pekerja yang dikenalnya. "Saeron udah berangkat belum?" Tanya Siyeon ke salah satu pekerja.
Ia menghela nafas kecewa begitu pekerja berkata bahwa Saeron baru saja berangkat dengan Mark dan juga Yeri. Wanita itu melangkahkan kakinya ke ruangan yang sudah dibatasi oleh Saeron dengan kaca, mereka memanggilnya dengan Ruang Rahasia —yang padahal bisa dilihat oleh semua orang dengan mata telanjang.
"Lah, kok ada elo?" Kaget Siyeon yang melihat pria dengan hoodie berwarna hijau dan celana putih, Jeno.
Siyeon berjalan menghampiri Jeno dan duduk di samping pria itu, menatap wajah Jeno dengan dahi yang berkerut, merasa janggal dengan kacamata bulat yang bertengger di wajah pria itu.
Tanpa aba-aba, Siyeon mengambil kacamata milik Jeno dan memakainya. Jari telunjuknya ia gunakan untuk memegang bingkai kacamata yang tak berlensa ini. "Gue tu nanya ya, Jen." Ujarnya.
Jeno menghela nafas, menaruh handphone hitamnya. Ia menoleh pada Siyeon, memerhatikan Siyeon yang sekarang sedang menggerakkan jari telunjuknya untuk menyentuh lampu berdasarkan penglihatan wanita itu.
"Sarapan."
"Tante kemana?" Heran Siyeon tanpa menoleh.
"Luar kota, kan ada urusan bisnis sama bonyok lo."
Siyeon menepuk dahinya, ia lupa. "Terus bibi kemana?" Tanya Siyeon lagi.
"Gak kerja, lagi sakit." Balas Jeno yang membuat Siyeon membulatkan mulutnya sambil mengangguk anggukkan kepala. "Lo mau pergi kemana?" Heran Jeno melihat pakaian Siyeon.
Siyeon menoleh, "Tadinya gue mau nganterin Saeron, tapi gue lupa ngomong ke dia. Terus gue kesini —eh dia udah berangkat. Jadi kayaknya gue gak mau kemana-mana, cuma pulang, lanjut nonton film yang belum gue selesaiin." Jelasnya.
"Mana Hyunjin? Gak pergi sama dia?"
"Hah? O-oh, enggak, dia kan ada acara kayak Haechan. Ngapa lo nanyain cowok gue? Kangen?"
"Banget."
Kedua mata Siyeon membelalak sempurna, "Serius?!"
"Ck, ya kali serius." Decak Jeno, "Sini kacamata gue!" Tangannya hendak meraih kacamatanya yang dipakai oleh Siyeon, tetapi Siyeon membungkukkan badannya agar Jeno tak bisa mengambil kacamata yang ia pakai.
"Bentarrrr! Gue keliatan cantik kalau pake kacamata ini." Siyeon menegakkan badannya, ia mengambil handphonenya dan menekan simbol kamera.
"Ih, Jen. Liat deh orang cantik." Siyeon menunjuk refleksi wajahnya di kamera handphonenya.
"Yeon." Panggil Jeno.
"Hm?" Balas Siyeon yang masih sibuk dengan selfienya.
"Pergi, yuk?"
Siyeon berhenti bergaya, ia menoleh pada Jeno, "Kemana?"
Jeno mengangkat bahu tak acuh, ia beranjak dari duduknya, "Terserah, yang penting pergi."
Siyeon mengangguk singkat, mengulurkan tangannya pada Jeno, "Magerrrr..." Siyeon memberikan cengirannya. Jeno membuang nafas pelan, meraih uluran tangan Siyeon dan menarik wanita itu sampai berdiri.
"Yuk! Gue ngikut supir aja." Siyeon menepuk bahu Jeno dua kali, ia melepas kacamata Jeno dan memakaikannya ke pemilik.
"Kenapa dilepas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔
Fiksi Penggemar[Sequel of Bullying Renjun] [COMPLETED] Ini bukan sebuah cinta segitiga, jauh dari itu, melibatkan lebih dari 5 perasaan dan 3 posisi yang tidak ditempati sesuai aturan. "Tolong jangan mencipta tali yang lebih rumit lagi, Huang Renjun." #strawberric...