Bab 13

10K 1.3K 247
                                    

Wanita bersurai pink sebahu itu daritadi hanya melihat temannya yang sibuk mengabsen keperluan untuk camping minggu depan.

"Senter, udah. Termos, udah. Jaket, udah." Koreksi wanita berdarah campuran itu, Somi. Ia menoleh pada temannya yang hanya duduk dan memerhatikannya dalam diam, "Apalagi ya yang kurang?" Tanyanya.

Yang ditanya —Nakyung— pun mengangkat bahunya tak peduli, "Harga diri." Jawabnya asal yang langsung mendapatkan lemparan buku kecil dari Somi.

"Sialan lo ya—oh iya sandal!" Somi memasukkan sandal berwarna pink yang kemarin ia beli.

Dan Nakyung dengan santainya melempar Somi dengan buku yang tadi Somi lemparkan kepadanya. "Itu adil!" Balasnya lalu memilih untuk berjalan dan mengambil minum daripada mendengar ocehan dari Somi.

Somi mengacak rambutnya gusar, "Gue belum beli lotion biar gak digigit nyamuk!"

Nakyung berdecak, "Tinggal ngomong autan aja susah." Sungut wanita itu, "Ribet banget si eskul lo, emang wajib ikut ya?" Herannya.

"Ya enggak, cuma gue dulu milih eskul ini tuh karena ini." Ia melanjutkan, "Lagian, kapan lagi eskul gabungan sama kampus lain, mana dilaksanainnya waktu di akhir-akhir semester."

"Gue kira lo ngikut ini eskul gegara lo nanya ke Siyeon, Samuel eskul apa, dan Samuel ikut eskul ini jadi lo ikut-ikutan."

Somi memberikan cengirannya, "Salah satu faktor juga si."

Nakyung hanya menggelengkan kepalanya, lalu memakai sepatu, meraih dan menyampirkan tasnya.

"Mau kemana lo?" Tanya Somi.

"Buka toko lah, cepet siap-siap! Udah mau jam 9 tau." Balas Nakyung sambil membuka pintu apartemennya.

Somi beranjak dari duduknya, "Tungguin!"

Nakyung menoleh dan menjulurkan lidahnya kepada temannya itu, "Ogah!"







Sama dengan Nakyung yang hanya memerhatikan Somi berberes, disini Siyeon hanya memerhatikan Saeron yang tengah asyik menggambar sesuatu yang Siyeon akui jika gambaran itu bagus. Sangat malah.

"Buat apa si?" Tanya Siyeon akhirnya yang penasaran dengan gambaran Saeron.

Ah iya, kalian pasti sudah tahu jika mereka sekarang berada di café milik Saeron.

"Café," balas Saeron tanpa mengalihkan pandangannya.

"Loh? Ini kan udah café, mau buka cabang?" Bingungnya.

Saeron menggeleng, "Nambah lantai aja, belum kuat kalau buka cabang." Balasnya lalu mengangkat kertas dan melihat apakah ada yang kurang dari gambarannya ini.

"Jadi liburan ini, mau renov besar-besaran?"

Saeron terkekeh, "Cuma nambah lantai, yang bawah tetep kayakgini—"

"Tapi kamu baru masang kaca buat ngebatasin tempat kita sekarang sama pelanggan lain," potong Siyeon.

"Kalian itu berisik." Decak Saeron, "Daripada ganggu pengunjung, mending dibatesin." Lanjutnya mengingat perkataan Haechan dan Jaemin bahwa cafénya menempati urutan kedua untuk tempat nongkrong terenak bagi keempat biang rusuh.

Yang pertama sudah pasti rumah Mark, karena jika mereka nongkrong sampai larut malam, mereka akan sekalian tidur di rumah Pria itu.

Siyeon memberikan cengirannya, "Namanya juga khilap."

"Minggu depan, tempat kak Eunwoo yuk? Sekalian liburan." Ajak Saeron.

"Ngajak mainnya gak kira-kira," kaget Siyeon, "Eh tapi boleh deh kalau buat orang ganteng." Lanjutnya lalu menunjukkan deretan giginya.

[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang