"Did you get the job?"
Tangan Somi yang ingin menyuapkan makan pun berhenti lantas menggeleng, "Not yet."
Tuan Jeon berdecih, "Kan udah papa bilang, masuk manajemen bisnis aja, malah ngambil psikolog. Awas aja sampe kamu gak dapet kerjaan yang bagus."
"Somi gak tertarik buat lanjutin perusahaan papah, Somi lebih tertarik buat buka usaha sendiri." Jelas Somi pengertian.
"Kamu itu, dikasih hati malah—"
"It's 8am in the morning. Cepet lanjutin makannya terus berangkat kerja." Potong Nyonya Jeon duduk di kursinya.
Somi mengangguk singkat dan melakukan apa yang dikatakan mamanya, ia melirik ke arah kedua orang tua yang sudah merawatnya sampai saat ini bergantian. Matanya menajam begitu melihat kebiruan di lengan kanan mama. Ia menghela nafas pelan. Somi tidak bodoh, Somi tahu itu adalah hasil pertengkaran dari keduanya.
Somi mendorong kursinya menjauh dari meja makan dan dengan segera mencuci piring. Rumahnya sudah tidak ada lagi asisten dan ia harus melakukan semuanya sendiri.
"Where will you go, darl?"
Somi memberhentikan langkahnya dan berbalik, "store, this is my schedule, mom."
Nyonya Jeon tersenyum, "Okay ... take care of yourself, i hope you'll get curtomer a lot, love you."
"Thanks madam, love you too." Somi terkekeh dan berjalan menuju kamarnya untuk bersiap.
"Pah, kan udah mama kasih tau, jangan ngelampiasin masalah kerjaan ke anak, ke Somi."
"Somi bukan anak kita..."
"...kamu juga tau soal itu."
"Ya ampuuuunn Lee Nakyung... hari ini jadwal gue buka toko, jangan nikung gitu dong!!!!!" Protes Somi karena Nakyung sudah berada di kasir dengan handphone putih di tangannya.
"Lo lama, kasian yang lain nunggu di luar." Balas Nakyung cuek.
Somi menaruh tas slempangnya ke meja, "Cuma telat 20 menit."
"20 menit itu lama!" Protes Nakyung menatap Somi kesal.
Somi memberikan cengirannya beserta peace sign untuk Nakyung, "Gak ada kelas?"
Nakyung melirik arloji putihnya, "30 menit lagi. Dadah.... gue mau berangkat." Ia meraih tas pink dan menyampirkannya pada bahu.
"Eh, berangkat bareng siapa lo?" Somi menahan pergelangan Nakyung.
"Ojol, lah. Mau bareng siapa lagi?"
"Ck, sama Guno aja."
"Hah? Ngapain? Guno disini tuh bukan jadi abudemen gue—"
"Mon maap, ada yang manggil?"
Nakyung mengelus dada kirinya karena keberadaan Guno yang tiba-tiba berdiri tepat di sampingnya dan memotong ucapannya.
"Anjir ya lo!" Umpat Nakyung menoyor kepala Guno.
Guno berdecih dan merapikan rambutnya, "Baru dateng dimarahin, ngajak berantem?!"
"Dasar korban iklan!" Cibir Somi, "No, bisa anterin Nakyung ke kampus gak? Sekalian ada orderan ke arah sana." Lanjutnya.
"Bisa, lah." Jawab Guno semangat, "Tapi dibayar." Lanjutnya tak tahu diri.
Nakyung merotasikan matanya, "Yaudah nanti gue TAMBAHIN gaji elo! Ayo cepetan nanti gue telat!"
Guno berjalan mendekat ke Somi dan mengambil orderan yang sudah dibungkus oleh Wanita Jeon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔
Fiksi Penggemar[Sequel of Bullying Renjun] [COMPLETED] Ini bukan sebuah cinta segitiga, jauh dari itu, melibatkan lebih dari 5 perasaan dan 3 posisi yang tidak ditempati sesuai aturan. "Tolong jangan mencipta tali yang lebih rumit lagi, Huang Renjun." #strawberric...