"Berapa hari lagi sih?"
"Besok terakhir, doain gue ya, Chan. Gue beneran nyalon jadi presiden kayaknya kalau gak keterima." Kata Somi sambil melepas helmnya kemudian memberikan helm itu ke pemilik.
Lawan bicaranya, Haechan, memutar bola mata malas lantas menoyor kepala Somi. "Pikir yang baik-baik, bego. Lagian, kalau lo jadi presiden, negara kita yang statusnya negara maju bisa berubah jadi negara berkembang." Ketusnya.
"Wih, seolah-olah banget, kayaknya."
"Bu Somi..." sapa salah seorang siswa.
Somi menoleh, "Hai... Dongyeon mana?" Tanyanya.
"Sakit, bu. Nih suratnya. Jangan dialpain, nanti saya dihajar karena gak ngasih surat!" Siswa itu menunjukkan surat izin yang ia bawa. "Yaudah deh, Bu, saya duluan. Lanjut deh ngobrol sama pacarnya. Dadah..."
Somi meringis dan membalas anggukan. Pacar? Oh ayolah, Haechan tidak menyukai sejenis Somi.
"Pacar katanya?" Ulang Haechan tersenyum mengejek. "Eh, Som, yang tadi ganteng, tuh."
Kedua mata Somi membelalak sempurna, ia memakaikan Haechan helm, "UDAH! SANA LO BALIK AJA YA LEE HAECHAN! Gak usah aneh-aneh!" Somi mendorong bahu Haechan agar Pria Lee itu segera pergi dari area sekolah.
"Udah lagi udah lagi, gak usah jadi pedofil. Ke Renjun aja. Awas lo sampe ngincer calon murid gue!" Ancamnya membuat gerakan memotong leher.
"Hih? Gak lah, selera gue bukan yang anak—" omongan Haechan terputus oleh teriakan dari arah samping.
"Haechan!"
Baik Haechan maupun Somi menoleh ke asal suara. Wanita berwajah bule dengan surai panjang digerai yang dibalut oleh hoodie merah berjalan ke arah mereka.
"Ngapain lo disini?" Tanya Haechan penasaran.
"Ngurus sesuatu." Balasnya lalu menoleh pada Somi, "Udah punya pacar aja, masnya? Gak mau dikenalin sama gue nih?"
"Dih? Bukan! Temen gue. Kenalan sana, males bener gue ngenalin."
Wanita yang baru datang itu mengulurkan tangannya pada Somi, "Nancy... Lo siapa?"
Somi membalas uluran tangan itu, "Jeon Somi..." Balasnya kalem sampai-sampai Haechan menukikkan alis karena bingung dengan perubahan sikap Somi.
"Dah, dah. Sana lo masuk, Som. Daripada telat, takutnya gak keterima." Titah Haechan lalu menoleh pada Nancy, "Kesini naik apa lo?"
"Taxi."
"Pulang?"
"Pikir aja sendiri."
"Lagi males mikir."
Nancy berdecak malas, "Nebeng ya...???" Balasnya dengan senyuman yang mengembang di wajah.
Somi berdecak malas. Oh, ayolah... ia tidak mau dijadikan nyamuk.
Hyunjin memerhatikan Siyeon yang sedang sibuk dengan ketikannya. Siyeon meneguk minum sampai membenarkan kacamata yang turun pun diperhatikan.
Siyeon menghela napas pelan dan mengangkat pandangannya menatap Hyunjin bertanya.
"Apa?" Bingung Hyunjin yang dilihat seperti itu.
"Harusnya gue yang nanya. Ngapain lo dari tadi ngeliatin gue? Cantik? Iya, gue juga tau."
Hyunjin membelalakkan kedua mata, beranjak dari duduk dan menaruh telapak tangannya di jidat Siyeon
"Allahula ila hailla huwal hayyul qoyyuuummm KELUAR SETAN KELUAR!" katanya heboh sampai membuat wajah Siyeon bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔
Fanfiction[Sequel of Bullying Renjun] [COMPLETED] Ini bukan sebuah cinta segitiga, jauh dari itu, melibatkan lebih dari 5 perasaan dan 3 posisi yang tidak ditempati sesuai aturan. "Tolong jangan mencipta tali yang lebih rumit lagi, Huang Renjun." #strawberric...