Jangan lupa komen+vote nya ya! Happy reading!
Renjun tersenyum melihat wanita itu dengan cekatan memindah makanan ke piring. Rambutnya diikat dengan ikat rambut hitam, lengan tangannya ia gulung sampai siku. Polesan make up tipis diwajahnya membuat dirinya terlihat semakin manis, dimata Renjun.
Renjun menggelengkan kepala begitu khayalannya sudah tak terkontrol.
"Ngeliatin apa?" Saeron menaruh piring-piring ini ke hadapan Renjun. Ah iya, siang ini Renjun memilih untuk makan siang di rumah Saeron.
"Angin."
Saeron berolling eyes mendengar jawaban yang terlontar dari pria ini, kemudian ia duduk dikursi kosong. Mereka berdua makan dengan tenang.
Sekadar informasi, sejak kemarin Saeron tidak bertanya mengenai alasan Renjun pergi ke Jilin. Wanita itu tidak ingin mengganggu privasi Pria di depannya.
Tetapi ia masih menunggu agar pria ini menjelaskan alasan kepindahannya.
"Hari ini kamu ada kelas gak?" Renjun memulai obrolan.
"Hari ini aku cuma ada kelas tadi pagi, Huang Renjun." Saeron mengambil piring Renjun, dan membawanya ke tempat cucian piring.
"Jalan-jalan ya? Ke Namsan atau kemana terserah." Renjun menghampiri Saeron, ia berdiri tepat di belakang wanita yang tengah mencuci piring.
"Tapi kayaknya aku ada tugas dari dosen—" nafas Saeron tercekat begitu melihat Renjun berdiri tepat di hadapannya, dan jarak antara mereka berdua sangat dekat.
"Renjun jauhan!"
Saeron mendorong pelan dada pria ini. Bukannya menjauh, Renjun justru menaruh tangannya ke meja, mengunci Saeron agar tetap disini. Yang dikunci pun gelagapan, ini tidak baik untuk jantungnya.
"Kenapa, hm?"
Sial. Mengapa Renjun makin kesini makin liar?
"Minggir!"
Saeron melepaskan tangan Renjun paksa, lalu pergi dari hadapan pria ini. Jarak seperti tadi tidak baik untuk kesehatannya.
"Yah, kabur"
"Kamu salah ngitungnya."
Saeron menoleh. Renjun membungkuk, membaca tugas milik Saeron, tangannya meronggoh sakunya, mengambil persegi pintarnya. Kemudian mendudukkan diri di samping wanita ini, kakinya ia angkat dan mulai menghitung tugas perempuan ini.
"Gak sopan tau!"
Renjun menjulurkan lidahnya sebagai jawaban. Saeron berdecak dan lanjut mengerjakan tugasnya.
"Dibilangin salah! Nih yang bener." Renjun menaruh handphonenya di hadapan Saeron.
Sementara Saeron mengerutkan dahinya, jangan salahkan dia jika dia bingung dengan angka-angka ini karena Renjun tak menjelaskannya sama sekali.
"Ini kayak mana?" Bingung Saeron.
"Ngertiin sendiri ya," Renjun mengusap rambut Saeron dan membenarkan posisinya menjadi tidur.
Saeron menghela nafas pelan begitu melihat pria ini mulai memejamkan matanya. "Kamu disuru jemput Ella 'kan?"
"Ah iya. Lupa."
Renjun duduk, meraih handphonennya dan mencari nomor supirnya. Ia sedang malas untuk pergi menjemput siapa pun. Setelah memberitahu supirnya, Renjun mengambil beberapa kartu nama yang terlihat dari tas Saeron.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔
Fiksi Penggemar[Sequel of Bullying Renjun] [COMPLETED] Ini bukan sebuah cinta segitiga, jauh dari itu, melibatkan lebih dari 5 perasaan dan 3 posisi yang tidak ditempati sesuai aturan. "Tolong jangan mencipta tali yang lebih rumit lagi, Huang Renjun." #strawberric...