Happy reading fellas!Bunyi tembakan terdengar bebas di lingkungan kantor ini. Tentu saja pelakunya Lee Jeno dengan segala ketidakstabilan emosinya, Pria Lee itu dengan sengaja menembakkan anak peluru ke lengan kanan Lami.
"JENO!" Teriak Siyeon dengan napas tersenggal. Matanya membelalak sempurna menatap lengan lami yang mengeluarkan darah kemudian mengalihkannya pada Jeno yang berjalan mendekat menuju Lami.
Dan bunyi tembakan kembali terdengar, sekarang laptopnya lah yang menjadi sasaran.
"Sialan!" Desis Lami menatap Jeno sinis. Persetan dengan lukanya karena Lami sudah sangat biasa mendapat luka seperti itu.
"LEE JENO!" Bentak wanita Park itu panik, ia tidak menyukai kekerasan, sama sekali tidak. Dan pria di depan sana melakukan kekerasan tanpa memedulikan lingkungannya.
"Kita harus ngobatin luka Lami, sekarang!" Siyeon berjalan mendekat, tetapi langkahnya langsung terhenti saat Jeno memilih untuk tidak mengindahkan ujarannya dan menodongkan benda hitam itu ke kepala Lami.
"Jeno..." Lirihnya memohon agar pria itu mendengarkannya.
Lami berdecak melihat drama di depannya ini, wanita itu kemudian mengangkat kedua tangannya. Tetapi sebelum itu, ia menepukkan tangan sekali dan sebuah leser merah langsung tertuju pada Siyeon. Siyeon tidak bodoh, ia jelas tahu apa arti leser yang tertuju ke arah keningnya. Kedua kakinya melemas, wanita park itu menatap Jeno dengan tatapan memohonnya.
Rahang Jeno semakin mengeras, "Sialan!" Umpatnya menatap Lami nyalang, sementara yang ditatap hanya tersenyum meremehkan.
"Kehilangan file atau kehilangan Park Siyeon?"
Mendengar itu, kepala Siyeon mendadak sakit, ia tak mau terluka, wanita park itu membencinya, ia tidak suka ada darah yang terbuang sia-sia. Tetapi ia juga tidak mau Jeno dituduh dengan omongan yang tidak-tidak.
"Ck, lama." Decak Lami yang terdengar memuakkan di telinga Jeno, "10 detik. Ah, kelamaan... 5 detik dari sekarang." Lanjut Lami kemudian mulai menghitung.
"Lima!"
Siyeon mengigit bibir bawahnya, ia sangat takut sekarang, manik cokelatnya berkaca menatap Jeno yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan amarahnya.
"Tiga!"
Jeno mengumpat, menurunkan benda hitam dari kepala Lami dan merogoh handphonenya. "Bawa Laptop Park Siyeon ke halaman, sekarang!" Ujarnya kemudian memutuskan sambungan.
Lami tersenyum puas, memberikan kode pada suruhannya di atas gedung untuk menunda bidikannya. "Jangan gerak!" Ujar wanita Kim itu tajam saat Siyeon ingin mendekat pada Jeno. Dan yang sekarang Siyeon lakukan adalah menuruti semua perkataan Lami. Berdiri pada jarak beberapa meter memerhatikan Jeno yang mulai memindahkan file dari laptopnya ke flashdisk Lami.
"Boss-"
"Pergi. Sekarang." Suruh Jeno pada bawahannya itu, dan yang disuruh hanya bisa melenggang pergi setelah mendapat kode dari atasannya.
Jeno menoleh pada Lami, "Sekarang lo bisa pergi."
"Terus lo nembak gue waktu gue udah sedikit menjauh." Potong Lami cepat.
"Gue bukan pengecut kayak kelompok perusahaan Kim, yang dapet informasi dengan cara licik."
Lami berdecih, "Itu cerdas. Kalian yang terlalu bodoh." Ia menatap benda hitam di genggaman Jeno dan memberi kode pria Lee itu untuk membuangnya.
Jeno menghela napas, membiarkan benda itu terjatuh, detik selanjutnya giliran Lami yang mengeluarkan pistol miliknya.
Siyeon menggeleng cepat, "Lami jangan..." mohonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔
Fiksi Penggemar[Sequel of Bullying Renjun] [COMPLETED] Ini bukan sebuah cinta segitiga, jauh dari itu, melibatkan lebih dari 5 perasaan dan 3 posisi yang tidak ditempati sesuai aturan. "Tolong jangan mencipta tali yang lebih rumit lagi, Huang Renjun." #strawberric...