Renjun memerhatikan punggung Ningning yang menghilang dari balik pintu, kemudian kamar terlihat gelap dari ventilasi. Ah, memang tadi ia barusan menyuruh Ningning untuk tidur karena sekarang sudah di atas jam 9 malam.
Setelah memastikan Ningning sudah berusaha untuk tertidur, dengan melihat ventilasi yang menggelap. Renjun meregangkan seluruh ototnya yang terasa kaku akibat terlalu lama bekerja di depan laptop. Maklum, orang sibuk, tadi saja ia baru pulang jam 7 sore.
Pria Huang itu menarik napas dalam-dalam lantas membuka laptop di depannya dan mengirimkan beberapa file ke Jackson. Kemudian tangannya meraih handphone dari saku, mencari nomor Jackson lantas mengetikkan sebuah pesan.
Pria Huang itu menyandarkan punggung pada sofa, memejamkan kedua matanya, helaan napas berat keluar dari mulut, tangannya tergerak untuk memijit mata yang kelelahan. Seharian ini ia mengerjakan laporan perusahaan.
Sekadar informasi, 4 bulan terakhir perusahaannya mengalami sedikit kendala dan yang ia lakukan adalah membuat laporan ulang, kemudian mencocokkannya dengan laporan yang dibuat oleh pekerja di kantor. Sekadar informasi juga, Pria Huang itu sudah mengerjakan laporannya sejak ia masih sibuk dengan tugas-tugas kuliah dan yang barusan ia kirim adalah laporan bulan lalu.
Ah, kalau bukan demi menggagalkan pertunangan bodoh, Renjun tak akan mau tidur diatas jam 12. Iya, itu perjanjian antara dia dengan Jackson yang isinya, kalau dia berhasil membuat ulang dan mencari kesalahannya maka Jackson akan berusaha unung menggagalkannya. Tetapi kalau Renjun tidak bisa menemukan kesalahannya walaupun terselip 1, maka Renjun mau tak mau harus menjalankannya.
Renjun memijit pelipisnya pelan, kepalanya sekarang terasa sakit buat main. Ia mengumpat dalam hati, kalau seperti ini ia bisa tua sebelum waktunya.
Ting tong!
"Bi... ada tamu." Katanya berusaha mengontrol suaranya agar tidak menganggu Ningning yang sepertinya sudah tertidur pulas.
Perlahan Renjun membuka kedua matanya, dahinya mengernyit saat mendapati keberadaa Jaemin, Jeno, dan juga Haechan mengehempaskan tubuh mereka di sofa.
"Kerja itu sewajarnya." Ujar Haechan tiba-tiba.
"Serem cuy punya temen peramal!" Sahut Jaemin yang membuat Jeno berdecak malas.
"Lo nggak liat ada laptop?" Tanya Jeno menunjuk laptop Renjun dan Jaemin hanya menyengir tampan.
Renjun memutar bola mata malas, "Ngapain lo bertiga ke sini?"
"Mau nikmatin waktu luang aja." Balas Jeno terkesan tak peduli.
Haechan berdecih, "Bener-bener waktu luang atau ngeluangin waktu buat menghindar dari keadaan?"
Jaemin menepuk bahu Jeno lumayan keras, "Kan udah gue bilang! Punya temen peramal itu serem. Ngeyel sih lo!" Celetuknya lantas mengganti saluran teve.
Sedangkan Renjun memilih untuk tak peduli dengan keberadaan mereka dan kembali membuka laptopnya.
"Sumpah lu ngotot bener, udah kayak Jeno aja, ngerjain tugas kantor sampe larut." Gumam Jaemin tanpa mengalihkan fokus pada layar teve.
Renjun mengangkat bau tak peduli, melempar kode ke Jeno untuk mendekat padanya, menanyakan beberapa hal karena memang Jeno yang paling fasih diantara mereka berempat. Kedua alis Renjun menukik saat kalung yang Jeno kenakan keluar dari balik kaos, tanda salib serta dua cincin menunjukkan diri tanpa ada keraguan.
Dan yang membuat Pria Huang itu bingung adalah keberadaan dua cincin, karena setahunya yang selalu Jeno gunakan sebagai liontin adalah cincin berukirkan nama Jeno dan Siyeon. Tangan Renjun terulur untuk menarik kalung itu, mencoba mengeja nama yang berada di dalam cincin tetapi Jeno dengan segera menarik kalungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] THEir STRUGGLES ; Nct 00 ✔
Fanfiction[Sequel of Bullying Renjun] [COMPLETED] Ini bukan sebuah cinta segitiga, jauh dari itu, melibatkan lebih dari 5 perasaan dan 3 posisi yang tidak ditempati sesuai aturan. "Tolong jangan mencipta tali yang lebih rumit lagi, Huang Renjun." #strawberric...