CHAPTER 12🐙

16.3K 1.8K 214
                                    

Guys, kalian tahu kan cerita ini cerita fiksi?
Maafkan kalo emang ada yang nggak mungkin atau ngga sampai di penalaran kalian, toh namanya juga fiksi :( aku harap kalian ngerti, aku pengen banget ngedit ulang dari chap awal. Tapi nanti ceritanya jadi beda dong.

Huhu maafin aku :"(

Happy reading❤💕
.
.
.
.
.
.
.
.
__________________

Sang rembulan sudah memunculkan dirinya, menandakan hari sudah malam. Jalanan sudah lah sepi, menyisakan pemuda yang masih setia duduk di halte bis.

Angin malam berhembus lumayan kencang, hujan rintik turut menemaninya. Suhu malam ini sangat lah dingin.

Minho memasukkan kedua tangannya pada kantung hoodie, ia sangat kedinginan malam ini. Minho sungguh tidak punya tujuan, perasaannya juga terlihat tidak enak.

Seperti akan ada kejadian yang lebih buruk menimpanya, tapi Minho tidak ingin terlalu memikirkan hal itu.

Handphone di saku celana nya berdering, ia segera mengambil benda persegi itu untuk melihat siapa yang menelfon nya.

Nama Hwang Hyunjin tertera di layar hp nya, ia segera mengangkat telfon tersebut.

Beberapa menit setelah Minho menutup telfon itu, ia segera berlari meninggalkan halte.

Tidak peduli hujan yang semakin deras mengguyur tubuhnya, yang paling penting sekarang ia harus menemui Hyunjin untuk meminta kepastian.

-3-

Minho berlari di koridor rumah sakit tidak memperdulikan bajunya yang lembab habis terkena hujan, ia menuju ruang inap bernomor 325 seperti yang Hyunjin katakan.

Padahal ini bukan lah waktu kunjung untuk pasien, karena ini sudah jam 10 lewat 25 malam. Awalnya Minho tidak diperbolehkan masuk, sampai dirinya mengaku sebagai teman Hyunjin,  barulah ia diperbolehkan mengunjungi pasien.

Minho terdiam sebentar di depan pintu kamar bernomor 325 itu, ia ragu untuk memutar knop pintunya.

Dengan mengumpulkan keberaniannya, akhirnya ia masuk ke ruangan itu. Hening menyapanya, kamar itu sudah gelap. Hanya lampu tidur lah yang meneranginya.

Dari sini Minho dapat melihat Jisung yang tertidur pulas dan orang asing yang duduk tertidur sambil menggenggam tangan Jisung.

Entah kenapa dada Minho terasa sesak, ia hanya mematung di depan pintu itu.

"Sakit? Lo sih kebanyakan alasan. Dia udah diambil orang duluan baru lo nyesel." Hyunjin tiba-tiba di belakang Minho, Minho segera berbalik dan menutup kembali pintu kamar Jisung.

Keduanya memilih duduk di kursi tunggu, sambil memikirkan sesuatu.

"Lo tau nggak sih? Kalo bukan karena lo sahabat gue, gue udah ngerebut Jisung dari lo." Minho langsung menatap nyalang Hyunjin.

"Gue udah lama suka sama Jisung, waktu lo bawa dia ke hotel cuman buat taruhan. Entah kenapa rasanya dada gue sakit banget. Ditambah dia hamil, lo tau kan sakitnya!?" nada bicara Hyunjin semakin meninggi dan menggema sepanjang koridor rumah sakit.

Minho terdiam mendengar itu.

"Gue beneran sayang ama Jisung, lo kira gue main-main!? Kalo lo juga sayang Jisung kenapa nggak dari dulu lo ngejer dia!?" Minho ikut meninggikan suaranya, ia tidak ingin menjadi pihak yang disalahkan disini.

HAMIL {Minsung} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang