Everything was perfect, I love you, You love me. But, everything was changed. I trap in the past, because, right now I sill love you, but you... Dont.
__________________===_______________________________________________________
Kantin lengang. Pelajaran jam ketiga di sekolah swasta itu. Regan menyelinap di koridor sekolah. Melangkah tanpa suara ke arah kantin yang bersebelahan langsung dengan lapangan basket. Saat Regan ingin mendaratkan pantatnya ke salah satu bangku kantin, bahunya ditepuk. Sontak, ia terperanjat. Cepat-cepat menolehkan kepalanya demi melihat Gara yang menyeringai.
"Bangsull! Ngagetin orang aja!" Regan mendengus kesal, lantas melanjutkan duduk.
"Bolos, Re?" ucap Gara sambil menarik kursi yang ada di depan Regan.
"Nggak. Bolos itu, kalau gue keluar sekolahan. Nah, ini kan, masih di dalem sekolah. Ini tuh namanya libur satu jam pelajaran."
"Iya deh, iya. Terserah lo aja."
"Lo nggak tanya alasan gue pilih kantin buat libur satu jam pelajaran?" Regan menatap Gara serius.
"Apaan?" ikut-ikutan, Gara memelototi Regan.
"Ini nih, alesan gue." Regan memalingkan wajah ke arah lapangan basket. Lapangan in door itu sekonyong-konyong langsung dipenuhi siswa-siswi dari kelas sebelah, yang memakai baju seragam olahraga.
"Ngapain?" dahi Gara mengernyit pelan, "Kalau mau lihat orang olahraga mah bisa kalau kita lagi olahraga Re."
"Ck. Bukan masalah olahraganya, Gar. Tapi itu tuh, cewek yang lagi duduk di bangku pinggir lapangan." Regan menunjuk seseorang yang sedang duduk sendirian sambil mengipas-ngipas wajahnya yang berpeluh keringat.
"Re, jangan bilang kalau lo bolos cuma mau lihat cewek itu." Gara memandang Regan horor.
"Libur satu jam pelajaran Gar." seru Regan.
"Halah! Terserah lo ah! Gila lo Re!"
"Biarin. Gue gila karena cintah."
"Astaga, Re! Sadar! Lo kesurupan setan Minah apa, hah?!"
"Minah? Siapa tuh Minah?" alis Regan terangkat.
"Itu loh, setan jepang yang suka maen petak umpet." Gara geregetan.
"Minako, Goblok!" sembur Regan. Kadang emang gitu, gobloknya Gara emang nggak bisa ditolerir.
"Terserah ah. Minah kek Minako kek. Gue nggak peduli. Sekarang, ayo kita balik ke kelas." Gara menarik tangan Regan untuk bangkit meninggalkan kantin.
"Ta-tapi Gar! Gue belum kasih coklat ke dia!" pekik Regan.
"Bodo amat! Sini biar gue yang makan!" Gara mencoba merebut coklat itu dari tangan Regan.
"Gue doain lo mules seminggu kalau lo berani nyentuh coklat gue."
"Ck. Terserah ah."
Bel pergantian jam berbunyi nyaring. Waktu yang tepat untuk masuk kelas. Gara dan Regan dengan santainya melangkah masuk dan duduk di masing-masing bangku mereka tanpa suara. Jengkel, Regan mengambil coklat yang gagal diberinya pada gebetannya tadi dan melemparnya asal-asalan ke belakang. Alhasil, bukannya jatuh ke lantai, coklat itu malah jatuh tepat dipangkuan Elena. Membuat cewek itu mengernyit pelan saat menyadari siapa pelempar coklat.
"Regan? Ini coklat lo?" tanya Elena, Regan hanya melirik sekilas, lalu berkata acuh, "Hn. Makan aja."
"Thanks." pipi Elena bersemu merah. Sementara Regan tak menoleh barang sedikitpun. Elena cepat-cepat menyimpan cokelat itu ke dalam tasnya. Mulai tersenyum-senyum seperti orang gila. Lamunannya buyar saat bahunya di pegang oleh sahabatnya, Faya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Please! (COMPLETED)
Teen FictionApa yang mampu seseorang sembunyikan di masa lalu? *** Dia Elena, gadis sederhana yang mencari bahagia. Hadirnya adalah senja. Kadang datang memberi bahagia. Lalu kadang pergi membawa luka. Ada banyak yang disembunyikannya di balik lakunya yang ten...